Jumat, 15 Juli 2011

the jalan-jalan ke pantai glagah

 Hari Minggu, 10 Juli 2011. Ya, benar, hari itu setelah gagal bangun pagi buat ke gereja, akhirnya saya memutuskan buat cuci baju saja. Sebuah keputusan bijak, menilik persediaan baju besrih sudah menipis dan kamar saya yang makin bau dijejali tumpukan pakaian kotor di pojok ruangan tepat dibelakang pintu kamar.
Maka jadilah saya mencuci baju pagi itu, tapi itu menjadi tidak penting diceritakan secara detil mengingat apa yang akan saya lakukan kemudian.

Pukul 11.00, kalo tidak salah, ya sekitar itulah, saya berhasil menaklukan tumpukan cucian tersebut, dan sarapan adalah pilihan ciamik yang saya lakukan selanjutnya. Sembari makan pagi yang kesiangan itu, teringatlah saya akan sebuah iklan di koran lokal jogja yang menyebutkan bahwasannya hari itu dan hari sebelumnya ada sebentuk festival layang-layang kelas nasional yang digelar di pantai glagah, kulonprogo.
Buru-buru saya habiskan makan, kemudian segeralah saya meng- sms beberapa gelintir teman yang sekiranya layak dan pantas serta berpotensi untuk diajak turut serta menuju acara penuh pesona tersebut.

Namun apalah daya, nasib berkata lain, dari sekian sms yang terkirim, tiadalah yang memberi kesanggupan untuk turut serta. Tapi tekad saya telah bulat untuk pergi ke acara itu. Bagaimana tidak, cuaca sedang oke-okenya, agenda lain tidak ada *maklum 4 minggu sebelumnya selalu full kondangan manten*, dan suasana hati sedang meraung-raung mengajak untuk melihat ombak. Dan dengan senyum ceria yang sedikit dibuat-buat dan tawa yang mengada-ada, meluncurlah saya pada kisaran pukul 12.45 an begitu. Dengan diringi lagu-lagu melankolis dari playlist di mp4 player saya yang setia, melajulah revo merah itu dengan kecepatan biasa saja menembus lalu lintas kota menuju ke arah pantai glagah.

Adalah sebuah problema, bahwasanya saya belum pernah kesana sebelumnya, dan tidak tau jalannya. Maka berbekal pengetahuan minim berupa "ancer-ancer" singkat "lewat prapatan palbapang, ke barat terus...", nekatlah saya melanjutkan perjalanan santai itu. Papan-papan penunjuk arah mulai menjadi perhatian utama saya di sepanjang jalan demi tidak kesasar sampai tujuan. Tentu saja pemandangan indah sepanjang perjalanan di hari cerah itu tiadalah saya lewatkan. Tiada hentinya saya bersorak sendiri sembari bernyanyi-nyanyi mengikuti irama mp3 saya. Dan mulailah saya meracau sendiri ditengah jalan, begitulah kebiasaan jika pergi sendirian... -_-' . Setelah bemenit-menit berlalu *saya lupa berapa lama di jalan* tibalah akhirnya saya di pantai tujuan...

Diawali dengan membayar Rp. 4000 di pintu retribusi dengan rincian 3000 untuk ongkos orangnya, dan 1000 untuk motornya. Selepas pintu retribusi, kita  akan menyusuri muara sungai yang tampak elok dan sudah tertata. Ada beberapa perahu yang disewakan juga disana. Di salah satu sisinya ada dataran yang bisa di pake untuk duduk2 santai dibawah pohon, sembari bercanda tawa dengan kekasih, teman, tetangga, atau pak guru.
Suasana yang cukup menawan itu sempat saya abadikan dengan kamera saku saya, dan gambarnya bisa dinikmati dibawah ini...
muara menuju pantai glagah


Akhirnya tibalah juga saya di lokasi wisata pantai glagah, kulon progo itu. Waw, berhubung itu adalah hari minggu, yang mana hari libur internasional, pantas saja kalo pantai itu begitu ramainya dikunjungi wisatawan. Terlebih lagi dengan adanya festival  layang-layang nasional. Oh iya di postingan ini saya belum akan membahas layang-layang, itu akan ada pada posting selanjutnya, ;p

Setelah berhasil mendapatkan tempat parkir, yang ternyata mesti bayar lagi Rp. 2000,- saya bergerak menuju kearah bibir pantai. Woow, ternyata komplek pantai glagah ini luas juga... dan yang menarik disini dibangun beton-beton pemecah ombak yang cukup menjorok ke laut.
Satu lagi yang khas dari pantai ini, yaitu adanya laguna yang jujur saja belum pernah saya jumpai di pantai sebelumnya yang saya kunjungi. Di laguna ini, dimanfaatkan untuk menyewakan sampan-sampan yang bisa dinaiki satu rombongan. Mereka bisa bersampan hingga ke tengah laguna. Sayang saya tidak sempat menanyakan berapa ongkos naik sampan itu. Di salah satu sudut laguna ada juga yang memanfaatkan sebagai lahan semacam kolam renang untuk anak. Jadi disediakan ban dan sejenisnya serta pada jarak tertentu di beri batas menggunakan semacam jaring. Ini memang sengaja dibuat untuk menarik anak2 kecil yang ingin berenang atau sekedar bermain air namun mungkin khawatir jika di bibir pantai. Di sisi kiri saya ada semacam tebing buatan atau lebih tepat seperti fondasi besar yang membentang cukup panjang. Diatasnya tampak beberapa anak dengan bapaknya asik bermain layang-layang. Ya, sore itu memang cukup cerah meskipun angin tidak terlalu kencang untuk bermain layang-layang. Lihat saja langitnya yang biru bersih pada foto yang saya ambil di bawah ini...
anak-anak asik bermain layang-layang




Dan begitulah, saya mulai berjalan berkeliling dari satu ujung ke ujung lain. Beton beton berbentuk aneh yang lumayan besar-besar ditata berjajar  hingga cukup jauh ke tengah laut. Di bagian tengahnya ada jalan yang bisa kita lalui, sehinnga kita bisa memandang deburan ombak yang menghempas beton-beton itu. Di tepiannya yang membentuk semacam teluk, banyak dimanfaatkan  untuk mandi-mandi atau sekedar bermain air. Disitu relatif cukup aman karena ombak sudah terpecah saat sampai ke bibir pantai.
barisan beton berbentuk aneh yang menjadi pemecah ombak di sepanjang pantai glagah
Dan siang itu saya habiskan dengan duduk memandang ombak di pinggir pantai. Sembari mengamati serombongan myuda-mudi yang awalnya malu-malu namun akhirnya semua terjun juga berbasah-basah ria di air. Tidak seperti biasanya, kali ini saya memilih hanya duduk di pinggir saja. Mungkin karena sendirian, jadi apa asiknya bermain air. Sambil sesekali melipat origami bangau, saya menghabiskan sekitar 1 jam di pinggir pantai itu. Sebelum akhirnya pergi menonton layang-layang di bagian lain pantai. Seperti saya katakan tadi, posting tentang layang-layang akan ada di posting selanjutnya... :)

bersampan di laguna pada sore yang oke
 Yuup.. sore menjelang dan tiba-tiba sudah setengah lima. saya putuskan untuk pulang saja. Maksudnya supaya bisa tiba di jogja sebelum gelap. Akhirnya saya kembali memacu motor saya menyusur jalan raya daendels, menuju arah yogyakarta, lewat bantul.
Dan cerita akan berlanjut pada postingan selanjutnya... sampai jumpa... capek saya... sudah jam 2 pagi ternyata...*-*

Kamis, 14 Juli 2011

SAYA KEMBALI...!!!

Salam jumpa semuanya....
Akhirnya, setelah terbengkalai 8 bulan saya kembali posting di blog ini...
Bukannya sok sibuk atau apa, maklumlah saya belum berlangganan internet dirumah -_- *hari gini gitu...
Dan setiap kali online pasti kok tiba2 males buat posting... padahal banyak hal2 yang asik buat dibagi...

Sebagai penanda kembalinya saya, maka ada baiknya saya berikan bonus ciamik berupa... treteteteteet....
gambar wajah saya dalam WPAP... :p 



Hahaha... demikianlah wajah saya yang tampak 'ambyar' namun tetap mempesona.
Tidak usah bingung, biar di jelek-jelekin wajah saya memang sudah tampan dari sononya. *kabuur...
Okelah, tidak usah berpanjang-panjang disini, saya mau posting yang lain lagi aah... yang agak serius, bia kayak postingan2 yang lalu, hehehe... yang ini biarlah sekedar intermezo saja...

NB. kalo ada yg menginginkan gambar diatas versi highress untuk dicetak segede gaban buat wallpaper rumah bisa kontak langsung... wkwkwkwk.. *lumayan bisa buat nakutin tikus dirumah...


Selasa, 05 Oktober 2010

WPAP (Wedha's Pop Art Portrait) Style alias Foto Marak berkotak

Lelah mengerjakan manual, refreshing sejenak dengan digital. Akhirnya kembali bermain2 dengan vektor, setelah sekian lama malas berkarya... Foto-foto berikut ini, meskipun cantik-cantik, tapi belum tentu anda mengenal mereka. Ya, karena mereka bukanlah artis atau public figur terkenal. (ups kecuali satu, dek lani mgkn termasuk artis ya...) Yg pasti mereka adalah teman-teman saya. Ada yg sudah berteman sejak SMP bahkan. Ya, daripada memvektor public figur, saya lebih terhibur saat memvektor teman-teman yg saya kenal. Setidaknya saya sdh pernah melihatnya secara lgsung tidak hanya lewat televisi atau gambar.

Semoga karya-karya berikut dapat menghibur dan menambah warna.









Kamis, 09 September 2010

marak berkotak

dr. Tyasmono, SpPD.
vektor dengan WPAP style (Wedha Pop Art Portrait) alias 'foto marak berkotak'


Mencari hadiah untuk ulang taun seseorang memang kadang bikin pusing. Apalagi kalau tampaknya semua barang yg memungkinkan dan terjangkau sudah dia punya.
Waktu mepet, budget terbatas, akhirnya jadilah foto marak berkotak ini jadi hadiah ulang tahun. Dan saya yakin di mall atau pasar tidak ada yang jual. :)

Yup, gaya vektor marak berkotak alias WPAP (Wedha Pop Art Portrait) ini memang tampaknya populer lagi. Awal kemunculannya sebetulnya di era 90-an lewat majalah remaja populer masa itu "HAI". Pencipta gaya ini tak lain dan tak bukan adalah bung Wedha Abdul Rasyid yg pd masa itu bekerja sebagai illustrator di majalah tersebut. Maka jadilah gaya ini dinamakan sesuai nama penciptanya.

WPAP. Meniadakan garis lengkung dan mencoba menangkap bidang datar dan kedalaman dalam membentuk objeknya. Tega-tegaan dalam meluruskan garis adalah salah satu prinsipnya. Penggunaan warna2 yg tampak tidak lazim itulah yg membuat gaya ini makin menarik perhatian, karena meskipun tampak acak, menurut sang empunya dalam pemilihan warna mesti mengandalkan intuisi dan banyak belajar. Dalam hal ini saya sedang dalam tarf belajar... jadi mohon maaf bila masih belum bisa dinikmati dengan enak... mohon petunjuk dan petuahnya...


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431H




MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431H
mohon maaf lahir batin atas segala perbuatan, pikiran dan perkataan yang kurang berkenan di hati...
selamat mudik... hati-hati di jalan....

maafkan juga karena lama tidak meng-update blog ini...
mudah-mudahan lancar kembali...

Minggu, 21 Februari 2010

Rembulan, Bintang-bintang, dan Dongeng Tentang Peri

The Moon, the Stars, and The Fairy Tales


Gambar ini saya buat beberapa bulan yang lalu, tidak ada yang istimewa, sket dikertas dan diwarna di photoshop begitu saja. Saya pernah mengirimkan gambar ini ke sebuah e-magz lokal, tapi tidak dimuat, hahaha... sudahlah, makanya saya aplot saja disini. Lagipula ini juga karya tergesa-gesa dan iseng belaka.

Entah mengapa dari dulu saya tertarik dengan dunia fantasi. Jadi saya juga senang mengambar hal-hal yang berbau dunia fantasi, seperti kali ini, saya menggambar peri. Ya, benar itu seorang peri menurut imajinasi saya. Seorang peri muda wanita berambut kemerahan dengan empat sayap tipisnya. Dia tampak sedang duduk-duduk di bulan sambil bersedih dan menghitung bintang. Entah apa maksudnya. Ah mestinya peri tidak boleh bersedih, dia mesti gembira dan ceria. Baiklah lain kali saya gambar yang ceria saja.

Oh iya, saya juga sedang malas membuat cerita, jadi kali ini terserah imajinasi dan fantasi anda sekalian untuk menebak nerka apa gerangan yang terjadi dengan si peri ber-leging hijau garis-garis hitam itu. Hahaha, oh iya, namanya nymphoriaquelarqie, kalo tidak salah bulan depan dia berulang tahun ke 1125, masih cukup muda untuk usia peri.

PASAR MALEM SEKATEN: tradisi ditengah hiruk pikuk teknologi

Berikut ini adalah foto-foto yang saya ambil pada pasar malem sekaten 2010 yang berlokasi di Alun-alun Utara Yogyakarta. Akhirnya setelah 7 tahun saya berada di Yogyakarta, tahun ini saya mampir juga untuk menikmati Pasar Malem ini, bahkan sampai 3 kali! (entah mengapa tahun2 sebelumnya kok tidak pernah sempat mampir, padahal sering lewat). Sebuah rutinitas budaya yang masih bertahan di tengah gempuran teknologi dan kemajuan pesat komunikasi. Menyisakan sebuah ruang interaksi yang menarik, dimana disini berbaur para pengunjung dari berbagai strata sosial, dengan aneka tujuan. Mulai dari para pedagang yang mencoba mengadu nasib peruntungan mereka, sampai wisatawan mancanegara ada disini. Disinilah komunikasi dan interaksi yang sesungguhnya terjadi.

Pasar malam ini digelar rutin setiap tahun selama satu bulan lebih untuk memperingati Maulud Nabi dengan puncak acara yang ditandai dengan Grebeg Muludan. Dengan dikawal oleh 10 macam prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.


Untuk masuk ke arena Sekaten di alun-alun utara yogyakarta, anda diminta berpatisipasi membeli tiket masuk seharga Rp. 3000,- Pintu loket tiket mulai dibuka pada pukul 17.00 wib. Jadi jika anda masuk arena sebelum jam tersebut maka anda tidak akan ditarik tiket. PArkir di seputar lokasi sepertinya juga sudah sepakat menaikkan arif menjadi Rp.3000,- per motor, luar biasa. Kalau mau agak ngirit anda bisa parkir agak ke utara di depan benteng vredeburg atau parkiran malioboro.

Untuk sebagian masyarakat tradisional, perhelatan ini merupakan ajang tahunan dimana mereka dimanjakan dengan aneka hiburan khas pasar malam seperti komidi putar, ombak banyu, sampai kincir bianglala, dan yang pasti aneka barang dagangan sandang maupun makanan yang dijual dengan harga yang bersahabat. Kaos-kaos baru berbahan katun cukup lembut dengan berbagai sablonan mencolok dijual dengan harga berkisar Rp. 20.000,-. Aneka sandal wanita warna-warni dipatok seharga Rp 12.500 saja. Celana pendek dan boxer berkisar Rp. 12.000-25.000,-.

Ada lagi yang khas di pasar sekaten, yang biasa disebut "Awul-awul", yaitu pakaian bekas pakai impor dari luar negeri. Kondisinya macam-macam, jika beruntung anda bisa mendapatkan jacket keren seharga rp.5000,- saja. Memang untuk awul2 ini butuh perjuangan ekstra untuk mendapatkan barang yang oke. Karena sesuai namanya, kita meti mengawul-awul atau mengaduk-aduk tumpukan pakaian itu. Jenis yang ditawarkanpun beragam, mulai dari jaket, sweater, celana jeans, kaos, kemeja, bahkan sampai pakaian dalampun ada! Sungguh luar biasa...!


Tampak seorang Ibu membelikan balon untuk anaknya. Disini kita bisa menjumpai banyak pedagang balon yang menggunakan cara yang manis untuk menarik pembelinya. Biasanya mereka membawa beberapa balon aneka warna, kemudia berjalan mondar-mandir didekat sasarannya yang biasanya anak kecil, terkadang beberapa langsung menawarkan pada si anak, dan tanpa bertanya lagi si anak langsung menerimanya. Mau tak mau si orangtualah yang terpaksa merelakan isi kantongnya, atau si anak akan menangis. Sebuah trik jitu.


Komidi putar, salah satu permaian khas pasar malam, yang hampir selalu dapat dijumpai di semua pasar malam. Berupa kuda-kudaan atau hewan lainnya yang dibuat berputar, terkadang bisa naik turun. Sangat digemari anak-anak, karena permainan ini memiliki visual yang menarik dan tidak memacu adrenalin. Selain Komidi Putar masih banyak wahana lain yang bisa dinikmati di Sekaten, seperti "Ombak Banyu", Kincir Bianglala, Perahu ayun, Bom-bom Car, Trampolin, Kereta mini, Dunia Balon, Pertunjukan Sulap, sampai atraksi Lumba-lumba. HArga tiap wahana bervariasi antara Rp.5000-Rp10.000,- Khusus pertunjukan lumba-lumba tiket mencapai Rp.30.000,-


KAPAL OTOK-OTOK; yang satu ini pasti anda semua pernah memilikimya semasa kecil. Dulu saya juga pernah punya. Ternyata mainan tradisional yang satu ini masih bertahan. Sebuah miniatur kapal perang yang bisa berjalan sendiri, dilengkapi dengan senapan yang bisa naik turun seperti menembak. Mekanismenya cukup sederhana, memanfaatkan panas yang dihasikan dari segumpal kaps yang diletakkan di bagian dalam kapal, dan diberi minyak sayur kemudian dibakar. Panas dari bakaran kapas akan menggerakan mekanik kapal, sehingga kapal terdorong maju dan senapan bergerak-gerak. Sangat menarik. Benda menarik ini dijual dengan harga Rp. 6000 - Rp11.000,-

Yang ini tampaknya lebih modern dari kapal otok-otok, meskipun masih menggunakan teknik lama yaitu mekanik pegas yang diputar. Setelah pegas diputar dan ayam diletakkan, maka si ayan kana meloncat-loncat sambil mematuk-matuk lucu. Sedangkan si gorila akan mengangguk-anggukan badannya. Mainan lucu ini di hargai sekitar Rp. 10.000,-


Dunia balon, sebuah wahana yang diperuntukan bagi anak-anak, dan tampak sangat digemari. Anak-anak tampak sangat ceria bisa berlari-lari dan berlompatan di bangunan miniatur yang semuanya terbuat dari balon. Mereka bisa meloncat-loncat dan bergulingan tanpa sakit karena semuanya dari balon.


Ditengah keramaian dan hiruk pikuk pengunjung dan pedagang, seorang Bapak tua yang sepertinya tidak bisa melihat didampingi sang istri mencoba peruntungan mereka pada keikhlasan para pengunjung yang mereka jumpai.


Menjelang malam tiba, jika cuaca cerah, suasana di pasar malam sekaten sungguh luar biasa. Sembari duduk menikmati es teh di angkringan yang banyak tersebar, menyaksikan pergantian siang menuju malam yang indah. Lupakan sejenak pekerjaan, lupakan hutang, lupakan otak yang buntu, lupakan emosi, nikmati saja suasananya. Anda bisa berterak lepas bersama teman-teman anda saat mencoba "ombak banyu" atau "perahu ayun". Anda bisa puas tawar menawar dengan para pedagang disana. Atau anda cuma ingin melihat-lihat saja seperti kebanyaka tipikal orang Indonesia. Mampirlah sejenak, dan pilih sendiri suasana favorit anda disana. Mungkin kita akan bertemu disana :D

Sabtu, 23 Januari 2010

NONA MENTARI

"Nona Mentari"
captured by yoseph novi christianto on monday morning 21 december 2009
at bantul street yogyakarta


Pagi yang sunyi, Nona Mentari dipaksa menari membuka hari.
Kulitnya yang kuning keemasan memancarkan sinar hangat yang memanjakan para makhluk siang yang masih nikmat terlelap. Pelan-pelan sinarnya yang menerobos tiap celah pepohonan itu mulai memaksa nyonya cemara untuk meninggalkan mimpinya. Mimpi yang indah sebenarnya. Dia sedang berpesta strawberry bersama anak-anaknya, ketika tiba-tiba sesosok terang keemasan nan hangat membelainya lembut dan menariknya perlahan dari alam mimpi.

"Oaaahm... Selamat pagi, Nona Mentari..." Sapa Nyonya cemara sambil meregangkan otot-ototnya dan menguap panjang.
"Selamat pagi, Nyonya Cemara... mimpi indah semalam rupanya..." Nona Mentari menjawab lembut sapaan Nyonya Cemara.
"Iya, mimpi yang indah, dan tiba-tiba kau datang membangunkanku..., kenapa hari ini kau datang awal sekali..." Nyonya Cemara menyahut.
"Waah, maaf sekali kalau mengganggu mimpi indahmu Nyonya, hari ini memang datang lebih awal, banyak sekali yang harus kukerjakan jadi aku harus bangun lebih awal. Sudahlah, lebih baik kau bangunkan anak-anakmu itu Nyonya Cemara... lihatlah, mereka pulas sekali." Ujar Nona Mentari.
"Baiklah, biar mereka aku yang urus... sepertinya mereka masih asik berkejar-kejaran di mimpi mereka. Sebaiknya kau segera ke tempat Tuan Menara, kau kan harus segera menggantikannya, kasihan dia kalau terlalu lama menunggu." Sahut Nyonya cemara sambil mulai membangunkan anak-anaknya.

"Menunggu Nona Mentari"
captured by yoseph novi christianto on monday morning 21 december 2009
at bantul street yogyakarta



Nona Mentari melanjutkan menari, kali ini diiringi embun pagi.
Lembut sekali gerakannya mengalun indah dan berirama. Burung-burung turut bernyanyi sembari terbang kesana kemari. Bergerombol dan mengepakan sayap. Menyegarkan diri dengan bermandi cahaya nona mentari. Hangat, menyapa sukma lembut menyentuh kalbu.

"Selamat pagi, Tuan Menara, malam yang indah semalam?" Nona mentari tiba di tempat Tuan Menara dan menyapa ramah.
"Ahahaha, kau sudah tiba rupanya Nona Mentari... Yayaya... malam yang indah... semalam aku mengobrol panjang dengan Paman Rembulan... Dia
sedang senang bercanda akhir-akhiur ini." Sahut Tuan Menara menjawab sapaan Nona Mentari.
"Sekarang kau bisa beristirahat kalau kau mau, Tuan Menara, biar aku menggantikanmu." Nona mentari berkata lagi.
""Oh, baiklah Nona, memang sudah lelah sekali saya semalaman berjaga... Baik-baiklah menggantikanku ya..., aku istirahat dulu..." Tuan Menara menjawab sembari perlahan meredupkan pandangannya dan memejamkan matanya.

Nona Mentaripun berlalu dari tempat Tuan Menara. Langkahnya tetap lincah, kini dia berdansa cha cha... satu dua tiga... Ayam jantan masih giat berkokok saat Nona Mentari mulai meninggi. Mengiringi langkah para petani menuju ke sawah mereka.
Pagi yang cerah dengan mentari yang ramah...

Kamis, 31 Desember 2009

Tuan Menara

"Tuan Menara"
captured by joseph novi christianto on friday mornin' 18 dec '09

digital pocket camera canon power shot A480
mercusuar patehan, pandansari, bantul


Malam yang kelam, Tuan Menara tampak muram dalam naungan cahaya bulan nan temaram.
Memandang berkeliling, berputar, lagi dan lagi. Semalam suntuk ia terjaga mengawasi para nelayan yang melaut dan kapal-kapal yang kehilangan arah. Matanya yang terang, memandang tajam ke setiap sudut lautan di sekelilingnya. Sunyi dan hanya berteman debur ombak. Debur ombak yang tak hentinya menggoda karang-karang itu. Satu dua digodanya camar-camar di tepi pantai dengan riaknya yang bergolak. Angin dingin yang menerpa turut menjadi teman setia. Menunggu nona mentari tiba menari di ujung cakrawala menggantikannya mengawasi lautan luas.

Pagi yang cerah, Tuan Menara tampak gagah menjulang tinggi di birunya cakrawala.
Matanya kini terpejam, namun tubuhnya tetap terjaga, siaga. Nona mentari telah menggantikannya mengawasi lautan. Dan kini Tuan Menara bermandikan cahaya pagi Nona Mentari. Hangat, sangat nyaman, dan menenangkan. Segerombolan awan tampak bercanda riang di ujung cakrawala, bermain ular naga dan sesekali berlari-lari. Nyonya Cemara dan anak-anaknya juga sudah tampak membuka mata, mereka bersiap untuk turut menari di hangatnya sinar Nona Mentari. Sebaris kecil angin sepoi berkejaran disela-sela mereka meninggalkan hawa yang membangkitakan suasana. Aah.. camar-camar itupun kini tak mau kalah, disambarnya riak-riak yang bergolak di deburnya ombak pagi itu. Sesekali mereka terbang melayang dan hinggap di bahu Tuan Menara, tergelak-gelak sesaat dan kembali menukik ke arah ombak-ombak yang tak lelahnya membelai pantai.
"Tuan Menara dan Nyonya Cemara"
captured by joseph novi christianto on friday mornin' 18 dec '09
digital pocket camera canon power shot A480
mercusuar patehan, pandansari, bantul


Siang yang terik, Tuan Menara tetap terlihat menarik di terpa sinar Nona Mentari yang makin meninggi.
Meninggi dan terus meninggi, dan kini Nona Mentari tepat berada diatas Tuan Menara. Tersenyum dan memandang berkeliling. Dihalaunya segerombolan awan yang mencoba menghadangnya. Camar-camar itu kini tampak kelelahan dan sesekali hinggap pada Nyonya Cemara. Ya, nyonya Cemara dan anak-anaknya tampak tenang dan kini mereka mulai membuka tikar makan siang mereka, tepat di bawah Tuan Menara. Semangkuk selai cherry dan sepiring pie stroberry. Itu kesukaan mereka. Tuan Menara melirik sedikit ke arah mereka dan tersenyum. Bau selai cherry itu selalu membuatnya penuh semangat. Nyonya Cemara tahu itu, dan diberikannya sesendok penuh selai cherry segar itu untuk Tuan Menara.

Senja yang hangat, Tuan Menara tak tampak penat meski berdiri sepanjang hari menyandang amanat.
Ya ya ya.. selepas Nona Mentari kembali keperaduannya di balik cakrawala itu, Tuan Menara harus bersiap menggantikannya mengawasi lautan, menuntun para nelayan dan pelaut yang tersesat di pekatnya malam. Tapi Tuan Menara masih punya waktu sebentar menghangatkan tubuhnya dengan sisa-sisa bias sinar nona mentari. Bersiap-siap membuka matanya yang ia pejamkan seharian meskipun tidak tidur. Lagi- lagi hanya nyanyian ombak yang mengiringi kesendiriannya. Nona Mentari berpamitan untuk terakhir kali, Nyonya cemara dan anak-anaknya juga sudah bersiap-siap beristirahat. Tuan Menara menghela nafas panjang dan membuka matanya, seiring Nona Mentari menghilang berganti gemintang. Satu, dua, tiga, Tuan Menara mulai mengukur pandangannya. satu, dua, tiga dibimbingnya mereka, mencari jalan pulang menuju sanak keluarga.


yogyakarta, dini hari, 31 Desember 2009, pagi terakhir di tahun ini.
Terimakasih 2009, Selamat datang 2010.
Dan Tuan Menara akan menyongsong pagi di tahun yang baru.
Selamat Tahun Baru 2010, semoga tercapai segala keinginan anda yang belum tercapai di tahun yang lalu.

Sabtu, 26 Desember 2009

They were Sister

ink on paper

Pagi berlari ceria mengejar rona-rona merah jingga dari semburat yang menerobos sela-sela cemara yang mulai menua. Satu dua langkah bergema dalam irama yang menghentak sukma. Dua pasang kaki terus berlari saling mengejar tak mau tertinggal. Sesaat berhenti, tersengal, menarik nafas panjang, melihat berkeliling. indah. indah dan hanya indah. lalau berlari lagi. Kedua pasang kaki itu. Tetap saling berkejaran riang ceria penuh canda. Tak beralas kaki, tapi tak mengapa. Rumput hijau menahan kaki-kaki mungil itu dari antukan batu dan duri yang menari-nari disepanjang jalan setapak itu. Terus berlari menuju kepuncak bukit itu, kaki-kaki itu seperti menari. Berpacu dan terus melaju.

Ah... puncak bukit sudah tampak dkat rupanya. Sebuah menara tua menjulang diatasnya. Hijau menghampar di sela-sela merah menyala yang menggoda. Dua pasang kaki terhenti seketika di depan papan bertulisakan "kebun stroberi menari". Sesaat. ya hanya sesaat kaki kaki itu berhenti berlari. Sekejap berikutnya kembali menari menuju kebun stroberi.

"Kakak, aku mau memetik 7 stroberi untukku sendiri..." Kata si asik pada kakaknya sembari terus berlari menari riang.
"Kenapa hanya 7 adik? Kakak juga mau... Adek bisa petik 7o atau 700 stroberi kalo adik mau.."
Ujar sang kakak pada adiknya.
"Ah.. tidak kakak... adik cuma mau 7 stroberi saja... Satu untuk ku makan disini, satu untuk kakak, satu untuk ayah, satu untuk ibu." Adik menjelaskan
"Itu baru empat..., lalu untuk siapa yang tiga lagi, dik? Kakak bertanya lagi..
"Satu untuk Tuan Menara, satu untuk nona mentari dan satu lagi untuk nyonya cemara.." jawab si adik tersenyum ceria.
Sang Kakak memandang adiknya lembut dan tersenyum mengerti.
"Ayo, Dik kita menari stroberi... " Ajak kakak
"Ayo.. Ayo.. Kak... ahahaha... tari stroberi... Ayo kak... " Adik mengiyakan penuh semangat...

Dan mereka menari dibawah bayang-bayang Tuan menara dan hangatnya sinar nona mentari yang mengintip manja dari sela-sela nyonya cemara....
Dan hari itupun sekali lagi indah...
Merona dan berbayang-bayang jingga.
Tersenyum dan menatap.
Hangat dan menentramkan jiwa.
Dan lantunan stroberi menari itupun bergema diseluruh lembah di bawah bukit itu.

====================================

Kamis, 24 Desember 2009

MERRY CHRISTMAS AND HAPPY NEW YEAR


Selamat Natal semuanya....
semoga natal ini senantiasa membawa damai, berkah dan kebahagiaan di hati kita semua...
-----------------------------------------------------------------------------

Teng.. Tong... Tenggg... Teenggg...
Lonceng besar itu berbunyi keras sekali mengagetkan semua yang ada di ruangan besar itu...
Tiba-tiba mereka tampak panik dan segera bergegas menyelesaikan pekerjaannya masing-masing...
"Cepaat anak-anak... malam natal sudah tibaaaa!" Tiba-tiba terdengar seruan lantang yang makin membuat para "kurcaci" itu, begitu mereka biasa disebut, makin pontang- panting...
"Segera masukkan semua barang ke kereta dan siapkan para rusa... Kita meluncur malam dalam 5 menit..." Suara tua berwibawa itu kembali terdengar lantang membahana.

Tiba-tiba seorang kurcaci berbaju hijau berlari tergopoh-gopoh mendekat ke pria gendut berbaju merah dan berjanggut putih menjuntai yang sejak tadi berteriak-teriak itu.
"Pssst... Santa..." dia berbisik mencoba mengatakan sesuatu...
"Ada apa pieter, semua beres bukan?" Pria yg dipanggil Santa itu menyahut.
"ehm... sebenarnya ada sedikit kesulitan... err.. emm" pieter tampak bingung.
"Katakan saja piet, aku akan segera membereskannya, hohoho.." santa menyahut lagi dengan tenang.
"Eh, tahun ini rupa-rupanya permintaan anak-anak agak sulit kita penuhi santa..." pieter berkata lagi dengan lirih.
"Apa maksudmu Piet? Apa mesin pembuat mainan otomatis kita rusak?" Tanya santa lagi.
"Bukan itu masalahnya... Tahun ini agak berbeda..., banyak anak-anak yang menuliskan keinginan mereka di hari natal dan menggantungnya di kaos kaki... "
"Bukannya itu sudah biasa piet? bukan masalah kan?" sambung santa..
Pieter menyahut lagi, " yang jadi masalah taun ini mereka tidak ingin mobil-mobilan otomatis, boneka beruang berbicara, atau pispot berjalan..."
"Mereka tak meminta benda... "
"Lalu apa yang mereka minta, piet? Apa itu susah?"
"Banyak yang sekedar meminta perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya, santa... Ada juga yang meminta krisis di negaranya berakhir, banyak juga yang meminta tak tinggal di jalanan lagi... Pemintaan semacam itu tak bisa di buat oleh mesin otomatis kita, Santa.." ujar piet menjelaskan...

"Hmmm... baiklah kalau begitu... sepertinya Dia sendiri perlu turun tangan, aku akan menghubunginya nanti"
"Dia? Maksud Santa dengan "Dia" itu siapa?" Pieter tampak bingung...
"Dia ya Dia, yang membuat Natal ini ada, iya Dia yang disebut Kristus itu piet..."
"Wah.. jadi Santa mengenalnya?" pieter tampak kaget.
"Kauu pikir siapa yang memberiku kekuasaan, kemampuan dan alat-alat canggih seperti ini hah?" Santa tersenyum dan segera melenggan ke keretanya...
"Ayo Rudolf... kita meluncur sekarang.... malam makin singkat... hohohoho..."



Senin, 07 Desember 2009

[mee on art nouveau #1]

original artwork: pencil on paper

-----------------------------------------------------------------------------------------
Sudah sekian lama sejak terakhir kali menggambar wajah, akhirnya saya mencoba menggambar wajah lagi. Kali ini dengan sedikit stilisasi gaya dengan sentuhan art nouveau. Entah kenapa saya sedang ingin ber art nouveau ria. Mungkin sedikit terpengaruh teman yang beberapa waktu lalu membawakan sefolder karya artnouveau.

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya menggambar wajah si model ini. Ya, beberapa tahun lalu saya sempat menggambar wajahnya, tapi seingat saya hasilnya buruk sekali waktu itu. Hahaha, tapi tetap saja dengan pede saya hadiahkan. Dan kali ini sesuai janji, saya mencoba menggambar lagi, dan sepertinya hasilnya lebih memuaskan. Setidaknya menurut saya begitu. Dan hahaha, ternyata mbaknya tidak suka mawar.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

gadis berkacamata dalam buku gambar

Malam itu sangat panas. Tidak seperti biasanya memang. Udara terasa sangat gerah, apalagi di lantai dua kamarku yang pengap. Jendela sudah ku buka, baju juga sudah kubuka, tinggal bercelana pendek saja aku mencoba tidur. Tapi kok udara panas memaksa mata untuk tetap terbuka. Sial sekali, padahal sebenarnya aku ingin sekali tertidur pulas.

Tiba-tiba, sebentuk angin kencang berhembus melalui sela-sela jendela yang terbuka...
Wah.. ini dia, pikirku... Angin segar...
Angin itu berhembus dengan aneh, tampaknya seperti berputar-putar. Tiba-tiba buku gambar yang tergeletak di mejaku mulai membuka-buka sendiri tertiup angin. Kontan aku melonjak kaget. Setan..!! pikirku, tapi setelah diperhatikan ternyata memang karena angin yang aneh itu. Angin aneh yang berhawa sejuk itu tiba-tiba memaksaku untuk mendekati dan melihat buku gambarku itu. Buku yang biasa selalu kubawa kemana-mana, maklum belum penuh halamannya, jadi masih sering aku bawa-bawa jika sewaktu-waktu ingin menggambar.

Kembali angin itu berhembus kencang dan membuka buku gambarku. Tepat ketika aku berada dihadapannya, buku itu terbuka lebar. Aku cukup kaget sesaat saat melihat sebentuk gambar wajah di halaman buku itu. "Ahh, buku siapa ini, pasti terbawa.. " pikirku... Karena aku merasa bukan aku yang menggambar wajah itu. Tapi setelah kuteliti lagi, itu memang buku gambarku. Aku jadi makin penasaran.

Lagi-lagi angin aneh itu berhembus lagi. Kali ini memaksaku untuk membuka halaman asing tadi. Kuperhatikan baik-baik gambar di lembar itu. Ternyata seorang gadis berkacamata, dengan senyumnya dan pandangannya yang tajam. "Hmm.. siapa ya dia?" pikirku makin penasaran. "Cantik juga.." Aku kembali mengamati gambar gadis berkacamata di buku itu, kuperhatikan teknik menggambarnya, maklum aku juga senang menggambar. "Sepertinya sedikit terburu-buru menggambarnya", pikirku.

Tiba-tiba angin kembali menghantam wajahku dan sesaat kulihat mata di gambar itu berkedip. Kaget setengah mati aku langsung menjauh dari buku itu. Tapi rasa penasaran kembali muncul. Lalu kuberanikan lagi untuk memandang gambar di buku itu. Sekali lagi angin berhembus, dan kali ini dia tersenyum. Hampir copot jantungku, kaget setengah mati. Tapi tetap kuberanikan diri untuk terus mengamati gambar itu. Tiba-tiba gambar itu mulai tampak hidup dan bergerak-gerak... Daun-daun di gambar itu tiba-tiba bergoyang-goyang. Keringat dingin mulai mengucur, tapi aku tak sanggup untuk melempar buku itu dari tanganku. Semacam ada lemyang sangat kuat. Mendadak, angin aneh tadi kembali berhembus. Kali ini lebih kenceng dari sebelumnya. Dan makin kencang... Dan makin kencang. Sekarang angin itu terasa berputar-putar disekelilingku. "Oh, tidak.. apapula ini" pikirku dalam hati.

Tiba-tiba tubuhku terasa ringan sekali, dan setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata aku mulai terangkat dari lantai kamarku, dangan tanganku tetap memegang buku itu dengan erat. Perlahan-lahan angin yang berputar itu menggulung tubuhku dan aku merasa tubuhku seperti tersedot pelan-pelan. Ya... benar, tubuhku mulai tersedot kedalam buku gambar itu rupanya. Aku bisa melihatnya jelas di kaca di dinding kamarku. Tubuhku melayang dengan angin menggulung tak menentu dan pelan-pelan mulai menghilang ke dalam buku itu. Semacam dalam film fantasi saja. Lalu pandanganku kembali kuarahkan ke wajah dalam gambar tadi. Dia tersenyum lagi, dan tiba-tiba sebuah hentakan keras membuatku terjatuh entah dimana, tapi yang pasti aku merasa terjatuh ke suatu temapat didalam buku gambarku itu.
Ya, sekarang aku didalam buku gambarku.

menimba

original artwork: drawing pen, aquarell on paper
used for illustration on children magazine "PERCIK yunior"


Byuuuurrrr.....
Dan air dari ember timba itupun berpindah sudah ke ember penampungan yang lebih besar.
"Kak... kenapa kita masih menimba air seperti ini, Kak?" tanya Mimi pada kakaknya yang masih tetap sibuk dengan tali timbanya...
"Memang kenapa, Dek...? Kalo' mau minum atau mandi ya nimba air dulu lah..., biasa aja to?" Sang kakak menimpali dengan cuek...
"Di tempatnya Lek Parjo kok nggak perlu nimba, Kak? Tinggal puter keran saja sudah 'ngocor'' airnya..." Mimi tak mau kalah.
"Oh itu..., Lek Parjo sudah pasang 'SANYO' jadi ndak perlu nimba-nimba lagi kaya' kita... " sahut si kakak.
"Naah, maksudku ya itu..., kenapa kita gak pasang 'SANYO' juga... kan ga perlu susah-susah nimba kak..."sahut Mimi.

Parmin berhenti sejenak dari menimbanya. kemudian dia menatap wajah Mimi yang polos dengan senyuman yang lembut. Senyuman seorang kakak yang luar biasa, yang pasti akan menenangkan hati setiap adik dimana juga.
"Dek Mi, kalau cuma masalah pasang SANYO, sebenernya bapak itu masih mampu. Cuma yang jadi masalah, di desa kita kan listrik belum ada , Dek..., nggak kaya di rumah Lek Parjo di Kota..." Parmin menjelaskan pada adiknya.
"Ooohh..., jadi gitu ya, Kak.... Brarti mesti ada listrik dulu ya sebelum bisa pasang SANYO..." Mimi mencoba memahami penjelasan kakaknya.
"Lha, lalu kenapa di desa kita masih belum ada listrik juga, Kak?" tanya Mimi lagi..
Kali ini Parmin hanya terdiam, dan kembali tersenyum lembut pada adiknya sembari melanjutkan menimba air.
"Sudah sore, Mi.. lebih baik kau cepat-cepat mandi saja... keburu gelap.."

-----------------------------------------------------------------

Selasa, 01 Desember 2009

Sore di Pematang

drawing pen on paper, mix with photos

Sore sedang cerah-cerahnya...
Yanuar, Yuni dan Teteh memutuskan untuk pergi jalan-jalan sekedar menyusuri pematang sawah. "Wah, asiknya kita kesana naik sepeda saja, Teh..." kata Yuni...
"Ayooo, siaap..., tapi sepedane mung siji ki, piye?" Teteh menimpali...
"Wis ngene wae, Yun kowe nggonceng ngarep wae yo... cukup kuwi, kowe mburi Teh.." sambung Yanuar menengahi..
"Wah ya, raiso ngono Oom.., ra penak lungguhe.." Yuni masih tidak terima..
"Lha, daripada sing siji mlaku dewe rak ra seru to..., wis to manut wae... ngko aku sing nggenjot. Tak alon2 wis..."
"Wis to Yun, dicoba disik wae." Teteh coba menenangkan.

Akhirnya pergilah mereka bertiga naik sepeda malang itu. Dikayuhnya sepeda itu dengan penuh semangat. Ah sebuah perjalanan penuh canda yang menyenangkan. Mereka terjatuh sampai tiga kali, sebelum sampai di sawah yang mereka tuju. Tapi tidak sampai seperti Yesus.

Sore yang cerah dengan perjalanan yang indah dibawah canda tawa teman seiring.
Aah, sayang aku tak ikut.
Okelah tak mengapa, lain kali aku menyusul.

Sabtu, 19 September 2009



Lebaran telah tiba... selamat berhari raya...
Mudik menjadi ritual rutin di hari lbur panjang ini.
Sebagian besar orang pulang kampung mengunjungi sanak family, sebagian lagi memanfaatkan untuk mengais rejeki... Memang hari raya selalu membawa berkah buat siapa saja tentunya...
Sekali lagi selamat hari raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir bathin...