Tampilkan postingan dengan label cerita foto. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita foto. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 Juli 2011

Birds of Hope

Origami bangau atau "crane origami", di jepang disebut senbazuru. Ada cerita di jepang, buatlah seribu lipatan bangau dan permohonanmu mungkin terkabul. Saya lebih suka menyebutnya sebagai "burung harapan", dan melipatnya untuk harapan-harapan di masa mendatang.
bangau hijau di tepi pantai
dan sungguh indah menyaksikan pasangan itu bercanda penuh cinta
Mentari tidak sedang begitu bergairah siang itu ketika Ricky memutuskan untuk sejenak melepaskan penat setelah lelah mencuci sepagian. Wajahnya yang kurus makin tampak berantakan dengan hilangnya senyum yang biasa dia sandang. Pucat pasi kini menjadi temannya sehari hari. Mata itu tampak begitu lelah layaknya orang yang tak tidur 3 hari. Pandangannya yang sering kosong menerawang mengindikasikan dengan jelas, dia sedang tak mampu berkonsentrasi. Suasana hatinya yang bergemuruh terpancar jelas di aura wajahnya yang tampak kelam. Tidak seperti biasanya dimana Ricky selalu memancarkan warna-warna pelangi yang menyejukkan suasana hati, kini ia bahkan berjalan layaknya zombie.

Sesekali diliriknya handphone butut miliknya yang ia biarkan teronggok di sudut tempat tidurnya. Berharap dengan cemas seseorang yang dia nanti kembali menghubungi. Playlist dari musisi-musisi handal favoritnya pun telah setia menemani, namun beberapa malah justru makin terasa menyayat di hati. Sudah tiga hari ini dia begitu. Tampak tak berjiwa dan seperti kehilangan semangat hidupnya. Ah, pasti masalah cinta, begitu kata teman-teman dekatnya. Dan Ricky pun hanya tersenyum pahit, tidak kalah pahit dibanding meminum segelas brotowali di tempat Yu Dharmi. Ya, Ricky memang dikenal tak pernah bercerita tentang kehidupan pribadinya, tentang masalah hatinya. Mungkin karena memang tidak ada yang cukup indah untuk diceritakan.

Thom york sang vokalis radiohead masih asik menyanyikan "Thinking about You" ketika tiba-tiba handphone Ricky berbunyi. Getarannya membuat Ricky terlonjak kaget bukan kepalang, tidak hanya tubuhnya, namun jantungnya pun turut melonjak sesaat. Penuh harap dan tanda tanya, disambarnya benda kecil itu dan segera dibukanya pesan yang masuk. "Selamat, anda mendapatkan ring tone gratis.... blablabla" dan langsung segera dihapusnya pesan itu dan dilemparnya kembali si handphone malang ke sudut tempat tidurnya. Dan warna semburat kemerahan yang sesaat tadi muncul di wajahnya kembali menghilang berubah menjadi pucat lagi. Padahal dia hanya ingin sekedar mengobrol saja. Tidak lebih. Diraihnya seuntai rosario yang telah biasa menemaninya sejak masa sma itu. Kini di kalungkannya benda itu di lehernya. Berharap dapat meringankan beban yang menghimpit di dadanya.

Ini memang bukan kali pertama Ricky mengalami hal seperti ini, mengingat usianya yang sudah beranjak menua, mungkin setidaknya dia sudah mengalami 5 cerita kelam sebelumnya. Namun begitu sepertinya itu tidak mempermudah keadaan. Justru mungkin dia makin mendapati dirinya dalam kehampaan. Beruntung, beberapa teman dekatnya cukup setia memberi semangat dan mendoakannya. Dan kesibukanlah yang seringkali berhasil menyelamatkannya dari kekelaman itu.

Ricky kembali menarik nafas panjang dan mulai mencoba menata pikirannya dan mulai mengumpulkan semangatnya yang terserak berantakan. Diambilnya selembar kertas melipat ukuran 10x10, dan mulailah dia melipat kertas itu. Hampir 4 menit berlalu ketika Ricky berhasil menyelesaikan lipatan itu. Oh, origami bangau rupanya yang dia buat. Sepertinya dia teringat akan legenda burung pembawa harapan itu. Ya, untunglah Ricky masih setia dengan harapannya. Karena apalah artinya hidup jika sudah tidak punya harapan. Dan dia percaya, alam semesta akan mendengarkan harapan-harapannya dan mewujudkannya. Nyata. Dibuatnya lagi dan lagi lipatan itu, sembari mencoba memunculkan kembali senyuman itu.

Namun begitu dia tetap bersyukur, bahwa meskipun menyakitkan dia masih bisa merasakan rasa itu. Cinta. Karena sudah banyak orang diluar sana yang lupa bahkan tak bisa lagi merasakannya. Ricky berharap, diluar sana orang-orang mulai hidup dalam cinta dan kasih. Dan harapan itu tak akan pernah pudar.

Ricky tiba-tiba beranjak meninggalkan kamarnya. Rupanya dia lupa menjemur cuciannya.

Sabtu, 16 Juli 2011

festival layang-layang nasional 2011

Nah, jumpa lagi...
Seperti kata saya dalam posting sebelumnya, saya akan bercerita sedikit tentang jalan-jalan saya ke pantai glagah kulon progo, yg kebetulan sedang jadi tuan rumah buat Festival Layang-layang Nasional 2011.
Festival berlangsung 2 hari, yaitu Sabtu 9 Juli dan Minggu 10 Juli 2011. Tapi saya hanya datang pada hari Minggunya. Itupun tidak sedari pagi. Mengenai detail acara sendiri, sebenarnya saya tidak tahu menahu :). Jadi mungkin saya tidak akan terlalu banyak bercerita di postingan kali ini...

Begitu saya memasuki area wisata pantai glagah, dari arah parkir sepeda motor sudah tampak beberapa layang-layang yang cukup unik yang bertebaran. Saat saya tiba sepertinya sedang tidak ada agenda khusus acara, dan tampaknya layang-layang yang dinaikan sekedar untuk bersenang-senang. Beberapa tersebar di sekitaran bibir pantai, tapi lebih banyak yang berkumpul diarea lapangan yang digunakan sebagai pusat festival. Saya sempat duduk di dekat serombongan remaja yang sedang asik menaikan layang-layang mereka. sepertinya termasuk peserta festival, menilik dar kaos mereka yg seragam. Ada layang2 berbentuk doraemon, parasut dan segitiga. Sayang fotonya tidak begitu bagus jadi tidak saya sertakan.. :p


tampak seorang pelayang menurunkan layang-layangnya yg lumayan besar
Siang itu meskipun tergolong cerah, tapi awan sesekali menghalau mentari memancarkan teriknya. Dan anginpun tidak berhembus terlalu kencang.  Setelah berduduk santai di tepi pantai, saya mulai mendatangi kerumunan di lapangan. Rupanya agenda penilaian sudah dimulai. Layang-layang yang terpilih, dinaikkan sore itu.  Kurangnya angin cukup mempengaruhi para pelayang. Ada beberapa layang-layang yang tidak dapat naik, karena angin tidak cukup kencang dan lapangan yg disediakan tidak cukup panjang untuk awalan. Maklum layang-layang disini tdk seperti yg biasa kita mainkan waktu kecil dulu. Disini ada yang bermodel rangkaian layang-layag yang jika diterbangkan panjangnya bisa mencapai puluhan meter. Jujur saja baru kali ini saya me;ihat langsung layang2 yang seperti itu. Biasanya hanya berupa gambar atau di TV.
layang-layang berbentuk burung raksasa ini mesti diusung 10 orang lebih saking besarnya.
dan itulah burung raksasa yang diusung tadi, bandingkan dengan layang-layang di sekitarnya yang tampak kecil.

Menyaksikan layang-layang dengan aneka bentuk yang unik dan indah mengangkasa memberi suasana tersendiri buat saya. Semacam perasaan bebas, nyaman dan damai berkejaran saat kita menikmati indahnya layang-layang tersebut diangkasa. Mungkin terdengar berlebihan, tapi anda bsa mencobanya sendiri suatu saat nanti. Sembari duduk di tepi pantai yang nyaman, memandang layang-layang yang bergoyang, kadang pelan, kadang tak terduga.

Di akhir rangkaian festival layang-layang, diadakan sesi adu layangan. Diaman pesertanya menggunakan layang-layang berbentuk segi 6 dengan ukuran standar yang sama. Masing-masing mewakili daerah atau komunitasnya. Aturannya adalah, setiap layang-layang wajib langsung menyerang dan menjatuhkan lawan begitu layangan bisa naik. Jika tidak ada aktifitas penyerangan dan hanya pasif, maka dianggap gugur.  Pertandingan cukup seru dan sangat singkat. Peserta dengan segera saling menjatuhan layang-layang lawan. Tiga peserta yang bertahan kembali ditandingkan untuk memperebutkan juaranya.

layang-layang dinaikan dalam adu sangkutan.

ini dia serunya adu layang-layang
Ada beberapa model layang layang berangkai seperti ini, panjangnya bisa puluhan meter..
Dengan berakhirnya adu layang-layang itu, berakhir pula rangkaian festival layang-layang itu. Menurut yang saya demgar, akan diadakan lagi festival selanjutnya pada bulan september mendatang, di pantai Parangkusumo Bantul. Mungkin pada kesempatan itu saya akan datang lebih awal, supaya tidak tertinggal.


Sekian dulu tulisan yang amburadul ini saya akhiri saja...
daripada makin tidak berkenan... Setidaknya saya berbagi sedikit gambar disini, jadi mungkin anda bisa sedikit membayangkan suasana disana. Sampai jumpa pada festival selanjutnya september mendatang... :D

Jumat, 15 Juli 2011

the jalan-jalan ke pantai glagah

 Hari Minggu, 10 Juli 2011. Ya, benar, hari itu setelah gagal bangun pagi buat ke gereja, akhirnya saya memutuskan buat cuci baju saja. Sebuah keputusan bijak, menilik persediaan baju besrih sudah menipis dan kamar saya yang makin bau dijejali tumpukan pakaian kotor di pojok ruangan tepat dibelakang pintu kamar.
Maka jadilah saya mencuci baju pagi itu, tapi itu menjadi tidak penting diceritakan secara detil mengingat apa yang akan saya lakukan kemudian.

Pukul 11.00, kalo tidak salah, ya sekitar itulah, saya berhasil menaklukan tumpukan cucian tersebut, dan sarapan adalah pilihan ciamik yang saya lakukan selanjutnya. Sembari makan pagi yang kesiangan itu, teringatlah saya akan sebuah iklan di koran lokal jogja yang menyebutkan bahwasannya hari itu dan hari sebelumnya ada sebentuk festival layang-layang kelas nasional yang digelar di pantai glagah, kulonprogo.
Buru-buru saya habiskan makan, kemudian segeralah saya meng- sms beberapa gelintir teman yang sekiranya layak dan pantas serta berpotensi untuk diajak turut serta menuju acara penuh pesona tersebut.

Namun apalah daya, nasib berkata lain, dari sekian sms yang terkirim, tiadalah yang memberi kesanggupan untuk turut serta. Tapi tekad saya telah bulat untuk pergi ke acara itu. Bagaimana tidak, cuaca sedang oke-okenya, agenda lain tidak ada *maklum 4 minggu sebelumnya selalu full kondangan manten*, dan suasana hati sedang meraung-raung mengajak untuk melihat ombak. Dan dengan senyum ceria yang sedikit dibuat-buat dan tawa yang mengada-ada, meluncurlah saya pada kisaran pukul 12.45 an begitu. Dengan diringi lagu-lagu melankolis dari playlist di mp4 player saya yang setia, melajulah revo merah itu dengan kecepatan biasa saja menembus lalu lintas kota menuju ke arah pantai glagah.

Adalah sebuah problema, bahwasanya saya belum pernah kesana sebelumnya, dan tidak tau jalannya. Maka berbekal pengetahuan minim berupa "ancer-ancer" singkat "lewat prapatan palbapang, ke barat terus...", nekatlah saya melanjutkan perjalanan santai itu. Papan-papan penunjuk arah mulai menjadi perhatian utama saya di sepanjang jalan demi tidak kesasar sampai tujuan. Tentu saja pemandangan indah sepanjang perjalanan di hari cerah itu tiadalah saya lewatkan. Tiada hentinya saya bersorak sendiri sembari bernyanyi-nyanyi mengikuti irama mp3 saya. Dan mulailah saya meracau sendiri ditengah jalan, begitulah kebiasaan jika pergi sendirian... -_-' . Setelah bemenit-menit berlalu *saya lupa berapa lama di jalan* tibalah akhirnya saya di pantai tujuan...

Diawali dengan membayar Rp. 4000 di pintu retribusi dengan rincian 3000 untuk ongkos orangnya, dan 1000 untuk motornya. Selepas pintu retribusi, kita  akan menyusuri muara sungai yang tampak elok dan sudah tertata. Ada beberapa perahu yang disewakan juga disana. Di salah satu sisinya ada dataran yang bisa di pake untuk duduk2 santai dibawah pohon, sembari bercanda tawa dengan kekasih, teman, tetangga, atau pak guru.
Suasana yang cukup menawan itu sempat saya abadikan dengan kamera saku saya, dan gambarnya bisa dinikmati dibawah ini...
muara menuju pantai glagah


Akhirnya tibalah juga saya di lokasi wisata pantai glagah, kulon progo itu. Waw, berhubung itu adalah hari minggu, yang mana hari libur internasional, pantas saja kalo pantai itu begitu ramainya dikunjungi wisatawan. Terlebih lagi dengan adanya festival  layang-layang nasional. Oh iya di postingan ini saya belum akan membahas layang-layang, itu akan ada pada posting selanjutnya, ;p

Setelah berhasil mendapatkan tempat parkir, yang ternyata mesti bayar lagi Rp. 2000,- saya bergerak menuju kearah bibir pantai. Woow, ternyata komplek pantai glagah ini luas juga... dan yang menarik disini dibangun beton-beton pemecah ombak yang cukup menjorok ke laut.
Satu lagi yang khas dari pantai ini, yaitu adanya laguna yang jujur saja belum pernah saya jumpai di pantai sebelumnya yang saya kunjungi. Di laguna ini, dimanfaatkan untuk menyewakan sampan-sampan yang bisa dinaiki satu rombongan. Mereka bisa bersampan hingga ke tengah laguna. Sayang saya tidak sempat menanyakan berapa ongkos naik sampan itu. Di salah satu sudut laguna ada juga yang memanfaatkan sebagai lahan semacam kolam renang untuk anak. Jadi disediakan ban dan sejenisnya serta pada jarak tertentu di beri batas menggunakan semacam jaring. Ini memang sengaja dibuat untuk menarik anak2 kecil yang ingin berenang atau sekedar bermain air namun mungkin khawatir jika di bibir pantai. Di sisi kiri saya ada semacam tebing buatan atau lebih tepat seperti fondasi besar yang membentang cukup panjang. Diatasnya tampak beberapa anak dengan bapaknya asik bermain layang-layang. Ya, sore itu memang cukup cerah meskipun angin tidak terlalu kencang untuk bermain layang-layang. Lihat saja langitnya yang biru bersih pada foto yang saya ambil di bawah ini...
anak-anak asik bermain layang-layang




Dan begitulah, saya mulai berjalan berkeliling dari satu ujung ke ujung lain. Beton beton berbentuk aneh yang lumayan besar-besar ditata berjajar  hingga cukup jauh ke tengah laut. Di bagian tengahnya ada jalan yang bisa kita lalui, sehinnga kita bisa memandang deburan ombak yang menghempas beton-beton itu. Di tepiannya yang membentuk semacam teluk, banyak dimanfaatkan  untuk mandi-mandi atau sekedar bermain air. Disitu relatif cukup aman karena ombak sudah terpecah saat sampai ke bibir pantai.
barisan beton berbentuk aneh yang menjadi pemecah ombak di sepanjang pantai glagah
Dan siang itu saya habiskan dengan duduk memandang ombak di pinggir pantai. Sembari mengamati serombongan myuda-mudi yang awalnya malu-malu namun akhirnya semua terjun juga berbasah-basah ria di air. Tidak seperti biasanya, kali ini saya memilih hanya duduk di pinggir saja. Mungkin karena sendirian, jadi apa asiknya bermain air. Sambil sesekali melipat origami bangau, saya menghabiskan sekitar 1 jam di pinggir pantai itu. Sebelum akhirnya pergi menonton layang-layang di bagian lain pantai. Seperti saya katakan tadi, posting tentang layang-layang akan ada di posting selanjutnya... :)

bersampan di laguna pada sore yang oke
 Yuup.. sore menjelang dan tiba-tiba sudah setengah lima. saya putuskan untuk pulang saja. Maksudnya supaya bisa tiba di jogja sebelum gelap. Akhirnya saya kembali memacu motor saya menyusur jalan raya daendels, menuju arah yogyakarta, lewat bantul.
Dan cerita akan berlanjut pada postingan selanjutnya... sampai jumpa... capek saya... sudah jam 2 pagi ternyata...*-*

Minggu, 21 Februari 2010

PASAR MALEM SEKATEN: tradisi ditengah hiruk pikuk teknologi

Berikut ini adalah foto-foto yang saya ambil pada pasar malem sekaten 2010 yang berlokasi di Alun-alun Utara Yogyakarta. Akhirnya setelah 7 tahun saya berada di Yogyakarta, tahun ini saya mampir juga untuk menikmati Pasar Malem ini, bahkan sampai 3 kali! (entah mengapa tahun2 sebelumnya kok tidak pernah sempat mampir, padahal sering lewat). Sebuah rutinitas budaya yang masih bertahan di tengah gempuran teknologi dan kemajuan pesat komunikasi. Menyisakan sebuah ruang interaksi yang menarik, dimana disini berbaur para pengunjung dari berbagai strata sosial, dengan aneka tujuan. Mulai dari para pedagang yang mencoba mengadu nasib peruntungan mereka, sampai wisatawan mancanegara ada disini. Disinilah komunikasi dan interaksi yang sesungguhnya terjadi.

Pasar malam ini digelar rutin setiap tahun selama satu bulan lebih untuk memperingati Maulud Nabi dengan puncak acara yang ditandai dengan Grebeg Muludan. Dengan dikawal oleh 10 macam prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.


Untuk masuk ke arena Sekaten di alun-alun utara yogyakarta, anda diminta berpatisipasi membeli tiket masuk seharga Rp. 3000,- Pintu loket tiket mulai dibuka pada pukul 17.00 wib. Jadi jika anda masuk arena sebelum jam tersebut maka anda tidak akan ditarik tiket. PArkir di seputar lokasi sepertinya juga sudah sepakat menaikkan arif menjadi Rp.3000,- per motor, luar biasa. Kalau mau agak ngirit anda bisa parkir agak ke utara di depan benteng vredeburg atau parkiran malioboro.

Untuk sebagian masyarakat tradisional, perhelatan ini merupakan ajang tahunan dimana mereka dimanjakan dengan aneka hiburan khas pasar malam seperti komidi putar, ombak banyu, sampai kincir bianglala, dan yang pasti aneka barang dagangan sandang maupun makanan yang dijual dengan harga yang bersahabat. Kaos-kaos baru berbahan katun cukup lembut dengan berbagai sablonan mencolok dijual dengan harga berkisar Rp. 20.000,-. Aneka sandal wanita warna-warni dipatok seharga Rp 12.500 saja. Celana pendek dan boxer berkisar Rp. 12.000-25.000,-.

Ada lagi yang khas di pasar sekaten, yang biasa disebut "Awul-awul", yaitu pakaian bekas pakai impor dari luar negeri. Kondisinya macam-macam, jika beruntung anda bisa mendapatkan jacket keren seharga rp.5000,- saja. Memang untuk awul2 ini butuh perjuangan ekstra untuk mendapatkan barang yang oke. Karena sesuai namanya, kita meti mengawul-awul atau mengaduk-aduk tumpukan pakaian itu. Jenis yang ditawarkanpun beragam, mulai dari jaket, sweater, celana jeans, kaos, kemeja, bahkan sampai pakaian dalampun ada! Sungguh luar biasa...!


Tampak seorang Ibu membelikan balon untuk anaknya. Disini kita bisa menjumpai banyak pedagang balon yang menggunakan cara yang manis untuk menarik pembelinya. Biasanya mereka membawa beberapa balon aneka warna, kemudia berjalan mondar-mandir didekat sasarannya yang biasanya anak kecil, terkadang beberapa langsung menawarkan pada si anak, dan tanpa bertanya lagi si anak langsung menerimanya. Mau tak mau si orangtualah yang terpaksa merelakan isi kantongnya, atau si anak akan menangis. Sebuah trik jitu.


Komidi putar, salah satu permaian khas pasar malam, yang hampir selalu dapat dijumpai di semua pasar malam. Berupa kuda-kudaan atau hewan lainnya yang dibuat berputar, terkadang bisa naik turun. Sangat digemari anak-anak, karena permainan ini memiliki visual yang menarik dan tidak memacu adrenalin. Selain Komidi Putar masih banyak wahana lain yang bisa dinikmati di Sekaten, seperti "Ombak Banyu", Kincir Bianglala, Perahu ayun, Bom-bom Car, Trampolin, Kereta mini, Dunia Balon, Pertunjukan Sulap, sampai atraksi Lumba-lumba. HArga tiap wahana bervariasi antara Rp.5000-Rp10.000,- Khusus pertunjukan lumba-lumba tiket mencapai Rp.30.000,-


KAPAL OTOK-OTOK; yang satu ini pasti anda semua pernah memilikimya semasa kecil. Dulu saya juga pernah punya. Ternyata mainan tradisional yang satu ini masih bertahan. Sebuah miniatur kapal perang yang bisa berjalan sendiri, dilengkapi dengan senapan yang bisa naik turun seperti menembak. Mekanismenya cukup sederhana, memanfaatkan panas yang dihasikan dari segumpal kaps yang diletakkan di bagian dalam kapal, dan diberi minyak sayur kemudian dibakar. Panas dari bakaran kapas akan menggerakan mekanik kapal, sehingga kapal terdorong maju dan senapan bergerak-gerak. Sangat menarik. Benda menarik ini dijual dengan harga Rp. 6000 - Rp11.000,-

Yang ini tampaknya lebih modern dari kapal otok-otok, meskipun masih menggunakan teknik lama yaitu mekanik pegas yang diputar. Setelah pegas diputar dan ayam diletakkan, maka si ayan kana meloncat-loncat sambil mematuk-matuk lucu. Sedangkan si gorila akan mengangguk-anggukan badannya. Mainan lucu ini di hargai sekitar Rp. 10.000,-


Dunia balon, sebuah wahana yang diperuntukan bagi anak-anak, dan tampak sangat digemari. Anak-anak tampak sangat ceria bisa berlari-lari dan berlompatan di bangunan miniatur yang semuanya terbuat dari balon. Mereka bisa meloncat-loncat dan bergulingan tanpa sakit karena semuanya dari balon.


Ditengah keramaian dan hiruk pikuk pengunjung dan pedagang, seorang Bapak tua yang sepertinya tidak bisa melihat didampingi sang istri mencoba peruntungan mereka pada keikhlasan para pengunjung yang mereka jumpai.


Menjelang malam tiba, jika cuaca cerah, suasana di pasar malam sekaten sungguh luar biasa. Sembari duduk menikmati es teh di angkringan yang banyak tersebar, menyaksikan pergantian siang menuju malam yang indah. Lupakan sejenak pekerjaan, lupakan hutang, lupakan otak yang buntu, lupakan emosi, nikmati saja suasananya. Anda bisa berterak lepas bersama teman-teman anda saat mencoba "ombak banyu" atau "perahu ayun". Anda bisa puas tawar menawar dengan para pedagang disana. Atau anda cuma ingin melihat-lihat saja seperti kebanyaka tipikal orang Indonesia. Mampirlah sejenak, dan pilih sendiri suasana favorit anda disana. Mungkin kita akan bertemu disana :D

Sabtu, 23 Januari 2010

NONA MENTARI

"Nona Mentari"
captured by yoseph novi christianto on monday morning 21 december 2009
at bantul street yogyakarta


Pagi yang sunyi, Nona Mentari dipaksa menari membuka hari.
Kulitnya yang kuning keemasan memancarkan sinar hangat yang memanjakan para makhluk siang yang masih nikmat terlelap. Pelan-pelan sinarnya yang menerobos tiap celah pepohonan itu mulai memaksa nyonya cemara untuk meninggalkan mimpinya. Mimpi yang indah sebenarnya. Dia sedang berpesta strawberry bersama anak-anaknya, ketika tiba-tiba sesosok terang keemasan nan hangat membelainya lembut dan menariknya perlahan dari alam mimpi.

"Oaaahm... Selamat pagi, Nona Mentari..." Sapa Nyonya cemara sambil meregangkan otot-ototnya dan menguap panjang.
"Selamat pagi, Nyonya Cemara... mimpi indah semalam rupanya..." Nona Mentari menjawab lembut sapaan Nyonya Cemara.
"Iya, mimpi yang indah, dan tiba-tiba kau datang membangunkanku..., kenapa hari ini kau datang awal sekali..." Nyonya Cemara menyahut.
"Waah, maaf sekali kalau mengganggu mimpi indahmu Nyonya, hari ini memang datang lebih awal, banyak sekali yang harus kukerjakan jadi aku harus bangun lebih awal. Sudahlah, lebih baik kau bangunkan anak-anakmu itu Nyonya Cemara... lihatlah, mereka pulas sekali." Ujar Nona Mentari.
"Baiklah, biar mereka aku yang urus... sepertinya mereka masih asik berkejar-kejaran di mimpi mereka. Sebaiknya kau segera ke tempat Tuan Menara, kau kan harus segera menggantikannya, kasihan dia kalau terlalu lama menunggu." Sahut Nyonya cemara sambil mulai membangunkan anak-anaknya.

"Menunggu Nona Mentari"
captured by yoseph novi christianto on monday morning 21 december 2009
at bantul street yogyakarta



Nona Mentari melanjutkan menari, kali ini diiringi embun pagi.
Lembut sekali gerakannya mengalun indah dan berirama. Burung-burung turut bernyanyi sembari terbang kesana kemari. Bergerombol dan mengepakan sayap. Menyegarkan diri dengan bermandi cahaya nona mentari. Hangat, menyapa sukma lembut menyentuh kalbu.

"Selamat pagi, Tuan Menara, malam yang indah semalam?" Nona mentari tiba di tempat Tuan Menara dan menyapa ramah.
"Ahahaha, kau sudah tiba rupanya Nona Mentari... Yayaya... malam yang indah... semalam aku mengobrol panjang dengan Paman Rembulan... Dia
sedang senang bercanda akhir-akhiur ini." Sahut Tuan Menara menjawab sapaan Nona Mentari.
"Sekarang kau bisa beristirahat kalau kau mau, Tuan Menara, biar aku menggantikanmu." Nona mentari berkata lagi.
""Oh, baiklah Nona, memang sudah lelah sekali saya semalaman berjaga... Baik-baiklah menggantikanku ya..., aku istirahat dulu..." Tuan Menara menjawab sembari perlahan meredupkan pandangannya dan memejamkan matanya.

Nona Mentaripun berlalu dari tempat Tuan Menara. Langkahnya tetap lincah, kini dia berdansa cha cha... satu dua tiga... Ayam jantan masih giat berkokok saat Nona Mentari mulai meninggi. Mengiringi langkah para petani menuju ke sawah mereka.
Pagi yang cerah dengan mentari yang ramah...

Kamis, 31 Desember 2009

Tuan Menara

"Tuan Menara"
captured by joseph novi christianto on friday mornin' 18 dec '09

digital pocket camera canon power shot A480
mercusuar patehan, pandansari, bantul


Malam yang kelam, Tuan Menara tampak muram dalam naungan cahaya bulan nan temaram.
Memandang berkeliling, berputar, lagi dan lagi. Semalam suntuk ia terjaga mengawasi para nelayan yang melaut dan kapal-kapal yang kehilangan arah. Matanya yang terang, memandang tajam ke setiap sudut lautan di sekelilingnya. Sunyi dan hanya berteman debur ombak. Debur ombak yang tak hentinya menggoda karang-karang itu. Satu dua digodanya camar-camar di tepi pantai dengan riaknya yang bergolak. Angin dingin yang menerpa turut menjadi teman setia. Menunggu nona mentari tiba menari di ujung cakrawala menggantikannya mengawasi lautan luas.

Pagi yang cerah, Tuan Menara tampak gagah menjulang tinggi di birunya cakrawala.
Matanya kini terpejam, namun tubuhnya tetap terjaga, siaga. Nona mentari telah menggantikannya mengawasi lautan. Dan kini Tuan Menara bermandikan cahaya pagi Nona Mentari. Hangat, sangat nyaman, dan menenangkan. Segerombolan awan tampak bercanda riang di ujung cakrawala, bermain ular naga dan sesekali berlari-lari. Nyonya Cemara dan anak-anaknya juga sudah tampak membuka mata, mereka bersiap untuk turut menari di hangatnya sinar Nona Mentari. Sebaris kecil angin sepoi berkejaran disela-sela mereka meninggalkan hawa yang membangkitakan suasana. Aah.. camar-camar itupun kini tak mau kalah, disambarnya riak-riak yang bergolak di deburnya ombak pagi itu. Sesekali mereka terbang melayang dan hinggap di bahu Tuan Menara, tergelak-gelak sesaat dan kembali menukik ke arah ombak-ombak yang tak lelahnya membelai pantai.
"Tuan Menara dan Nyonya Cemara"
captured by joseph novi christianto on friday mornin' 18 dec '09
digital pocket camera canon power shot A480
mercusuar patehan, pandansari, bantul


Siang yang terik, Tuan Menara tetap terlihat menarik di terpa sinar Nona Mentari yang makin meninggi.
Meninggi dan terus meninggi, dan kini Nona Mentari tepat berada diatas Tuan Menara. Tersenyum dan memandang berkeliling. Dihalaunya segerombolan awan yang mencoba menghadangnya. Camar-camar itu kini tampak kelelahan dan sesekali hinggap pada Nyonya Cemara. Ya, nyonya Cemara dan anak-anaknya tampak tenang dan kini mereka mulai membuka tikar makan siang mereka, tepat di bawah Tuan Menara. Semangkuk selai cherry dan sepiring pie stroberry. Itu kesukaan mereka. Tuan Menara melirik sedikit ke arah mereka dan tersenyum. Bau selai cherry itu selalu membuatnya penuh semangat. Nyonya Cemara tahu itu, dan diberikannya sesendok penuh selai cherry segar itu untuk Tuan Menara.

Senja yang hangat, Tuan Menara tak tampak penat meski berdiri sepanjang hari menyandang amanat.
Ya ya ya.. selepas Nona Mentari kembali keperaduannya di balik cakrawala itu, Tuan Menara harus bersiap menggantikannya mengawasi lautan, menuntun para nelayan dan pelaut yang tersesat di pekatnya malam. Tapi Tuan Menara masih punya waktu sebentar menghangatkan tubuhnya dengan sisa-sisa bias sinar nona mentari. Bersiap-siap membuka matanya yang ia pejamkan seharian meskipun tidak tidur. Lagi- lagi hanya nyanyian ombak yang mengiringi kesendiriannya. Nona Mentari berpamitan untuk terakhir kali, Nyonya cemara dan anak-anaknya juga sudah bersiap-siap beristirahat. Tuan Menara menghela nafas panjang dan membuka matanya, seiring Nona Mentari menghilang berganti gemintang. Satu, dua, tiga, Tuan Menara mulai mengukur pandangannya. satu, dua, tiga dibimbingnya mereka, mencari jalan pulang menuju sanak keluarga.


yogyakarta, dini hari, 31 Desember 2009, pagi terakhir di tahun ini.
Terimakasih 2009, Selamat datang 2010.
Dan Tuan Menara akan menyongsong pagi di tahun yang baru.
Selamat Tahun Baru 2010, semoga tercapai segala keinginan anda yang belum tercapai di tahun yang lalu.

Selasa, 01 Desember 2009

Sore di Pematang

drawing pen on paper, mix with photos

Sore sedang cerah-cerahnya...
Yanuar, Yuni dan Teteh memutuskan untuk pergi jalan-jalan sekedar menyusuri pematang sawah. "Wah, asiknya kita kesana naik sepeda saja, Teh..." kata Yuni...
"Ayooo, siaap..., tapi sepedane mung siji ki, piye?" Teteh menimpali...
"Wis ngene wae, Yun kowe nggonceng ngarep wae yo... cukup kuwi, kowe mburi Teh.." sambung Yanuar menengahi..
"Wah ya, raiso ngono Oom.., ra penak lungguhe.." Yuni masih tidak terima..
"Lha, daripada sing siji mlaku dewe rak ra seru to..., wis to manut wae... ngko aku sing nggenjot. Tak alon2 wis..."
"Wis to Yun, dicoba disik wae." Teteh coba menenangkan.

Akhirnya pergilah mereka bertiga naik sepeda malang itu. Dikayuhnya sepeda itu dengan penuh semangat. Ah sebuah perjalanan penuh canda yang menyenangkan. Mereka terjatuh sampai tiga kali, sebelum sampai di sawah yang mereka tuju. Tapi tidak sampai seperti Yesus.

Sore yang cerah dengan perjalanan yang indah dibawah canda tawa teman seiring.
Aah, sayang aku tak ikut.
Okelah tak mengapa, lain kali aku menyusul.

Kamis, 26 Februari 2009

sore yang cerah di kamar saya

Suatu hari yang melelahkan, tertidur pulas tanpa gangguan di siang yang biasa-biasa saja. entah bermimpi apa sudah tak ingat saya. Tiba-tiba terbangun oleh sinar mentari yang memancar masuk menyeruak ke dalam kamar saya yang kumuh lewat jendela kaca yang setengah terbuka.

kamar saya di sore yang cerah itu...

Waw...! rupanya sore yang cerah! Secara refleks saya segera mengambil kamera digital poket saya dan memotret suasana indah itu. Entah kenapa saya senang dengan cahaya mentari sore hari,. Tampak kuning keemasan bagaimana begitu. Mentari sore dan suasana yg cerah dengan langit biru membahana selalu membuat saya bersemangat.

empat kucing kayu berjajar diatas rak penuh debu tertimpa sinar mentari nan indah...

Secercah cahaya terjatuh di satu sudut rak buku saya, dimana empat ekor kucing kayu terpajang berjajar memamerkan senyumnya. Ups... rupanya lama saya tak menyentuh mereka, debu tebal dan sarang laba2 tampak menyelimuti mereka. Betapa malangnya. Tapi mentari sore ini membuat mereka tampak berseri-seri meski diselimuti debu puluhan hari.

Sore yang cerah dengan sinar matahari yang indah...

Kamis, 12 Februari 2009

"THE JANJI LELAKI"

ini dia yang tejadi saat Janji Lelaki diberlakukan.

Aha, "The Janji Lelaki" adalah sebuah ungkapan, ujar-ujar, semboyan, atopun slogan saat saya dan team (titiktemucretivehouse) mengerjakan mural dalam tekanan waktu. Memang bbiasanya dalam mengerjakan mural TK, kami menarget waktu antara 3-4 hari untuk menyelesaikannya. Namun kadang ada saja kendala yg menghajar, seperti misal hujan, daerah yg sepi (jd pengen cepet2 pulang), ada pekerjaan lain yg sudah mepet deadline juga, dan aneka alasan tidak mutu lainnya.
Saya dan team. dari ki-ka: Yudha, Nanto, Yoseph, Ade, Yanuar

Dari itu kita menciptakan janji lelaki. Intinya dalam janji lelaki adalah, menarget ketat sebuah blok mesti selesai dalam waktu yg kita tentukan. Yg terjadi kemudian adalah, kita berlembur ria mengeroyok satu blok dinding untuk segera difinishkan . Lembur disini benar2 tanpa batasan waktu, secapeknya, "sakmodharmu" kalo biasa kita bilang. Kadang kita benar2 kerja dalam diam. Masing2 sibuk dengan playlist mp3nya masing2. Ga ada canda, tawa ato sekedar gojek kere.

Pernah kami sikat habis sampai jam 4 pagi, dan paginya kita sudah mulai lagi sekitar jam 8 pagi.
Memang tampak melelahkan, tapi kami menikmati itu... Ada pula istilah "sedang On Fire", nah kalo ada salah satu dari kami menyakan "Gek on fire, ki...!" brarti jangan ganggu dia, karena dia pasti sedang dalam kondisi prima dan maksimal dan dalam mood yg oke buat nggarap.
Tapi seingat saya pernah juga janji lelaki itu gagal, entah karena cuaca yg tidak bersahabat ato suasana yang berbeda membuat kami jadi cepet lelah dan ngantuk. Nah itu dia musuh utama...
Ngantuk! Kalo cuma laper, lewat deh... kadang malah sampe ga berasa Tapi kalo ngantuk nah, bisa- bisa gambar yg sudah jadi malah ditulisi ngawur gitu. Pernah kejadian lho, kondisi ngantuk, teman saya, bung Ade, nekat tetap bekerja. Alhasil pagi harinya kita
"misuh-misuh" gara2 ada gambar yg sudah jadi malah diberi warna lagi yg aneh2... dan setelah dikonfirm memang ternyata dia ga sadar pas nyoret2 itu. haha...

Diluar muralpun Janji Lelaki sering kali saya terapkan untuk mengejar deadline yg tiba2 mepet karena kemalasan saya untuk mengerjakannya.. huehehe...

Rabu, 04 Februari 2009

ritual pamitan yang aneh



Asal tau saja, setiap kali kita pergi menggarap mural, setidaknya kita pasti bertemu beberapa orang baru ditempat itu. Kebetulan diproyek terakir benar2 sudah finish, jadi sudah tidak ada tukang lagi, tinggal pak penjaga tk dan keluarganya yang rumahnya memang bersebelahan dengan sekolah. Selama 3 hari disana ya bapak ini dan keluarganya yang selalu menyediakan makan dan minum buat kami.
Dan acara pamitan menjadi hal yang penting bagi kami, karena meski belum lama kenal tapi entah bagaimana pasti ada saja aura kehilangan yang muncul. Dan kami pun punya kebiasaan sendiri yaitu berfoto bersama saat pamitan... haha... Ini ritual wajib yang selalu kami lakukan, bahkan kalau sekedar mandi itu tidak wajib hukumnya, tapi kalau foto bareng..., jangan sampe ketinggalan deh...
Kali inikami berpose bersama si bapak penjaga, anaknya yang masih SD, dan si nenek. Sayang istri si bapak baru pergi, jadi gak sempat ikut berfoto...
siaaap... klik... lari... dan self timer pun beraksi... 4... 3... 2... 1... CPREETT....!!!
"Wah... baleni meneh... rung kroso mau!!"
Dan begitulah, berlanjut terus sampe kami puas berfoto ria... :)