Tampilkan postingan dengan label illustration. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label illustration. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Oktober 2010

WPAP (Wedha's Pop Art Portrait) Style alias Foto Marak berkotak

Lelah mengerjakan manual, refreshing sejenak dengan digital. Akhirnya kembali bermain2 dengan vektor, setelah sekian lama malas berkarya... Foto-foto berikut ini, meskipun cantik-cantik, tapi belum tentu anda mengenal mereka. Ya, karena mereka bukanlah artis atau public figur terkenal. (ups kecuali satu, dek lani mgkn termasuk artis ya...) Yg pasti mereka adalah teman-teman saya. Ada yg sudah berteman sejak SMP bahkan. Ya, daripada memvektor public figur, saya lebih terhibur saat memvektor teman-teman yg saya kenal. Setidaknya saya sdh pernah melihatnya secara lgsung tidak hanya lewat televisi atau gambar.

Semoga karya-karya berikut dapat menghibur dan menambah warna.









Kamis, 09 September 2010

marak berkotak

dr. Tyasmono, SpPD.
vektor dengan WPAP style (Wedha Pop Art Portrait) alias 'foto marak berkotak'


Mencari hadiah untuk ulang taun seseorang memang kadang bikin pusing. Apalagi kalau tampaknya semua barang yg memungkinkan dan terjangkau sudah dia punya.
Waktu mepet, budget terbatas, akhirnya jadilah foto marak berkotak ini jadi hadiah ulang tahun. Dan saya yakin di mall atau pasar tidak ada yang jual. :)

Yup, gaya vektor marak berkotak alias WPAP (Wedha Pop Art Portrait) ini memang tampaknya populer lagi. Awal kemunculannya sebetulnya di era 90-an lewat majalah remaja populer masa itu "HAI". Pencipta gaya ini tak lain dan tak bukan adalah bung Wedha Abdul Rasyid yg pd masa itu bekerja sebagai illustrator di majalah tersebut. Maka jadilah gaya ini dinamakan sesuai nama penciptanya.

WPAP. Meniadakan garis lengkung dan mencoba menangkap bidang datar dan kedalaman dalam membentuk objeknya. Tega-tegaan dalam meluruskan garis adalah salah satu prinsipnya. Penggunaan warna2 yg tampak tidak lazim itulah yg membuat gaya ini makin menarik perhatian, karena meskipun tampak acak, menurut sang empunya dalam pemilihan warna mesti mengandalkan intuisi dan banyak belajar. Dalam hal ini saya sedang dalam tarf belajar... jadi mohon maaf bila masih belum bisa dinikmati dengan enak... mohon petunjuk dan petuahnya...


Minggu, 21 Februari 2010

Rembulan, Bintang-bintang, dan Dongeng Tentang Peri

The Moon, the Stars, and The Fairy Tales


Gambar ini saya buat beberapa bulan yang lalu, tidak ada yang istimewa, sket dikertas dan diwarna di photoshop begitu saja. Saya pernah mengirimkan gambar ini ke sebuah e-magz lokal, tapi tidak dimuat, hahaha... sudahlah, makanya saya aplot saja disini. Lagipula ini juga karya tergesa-gesa dan iseng belaka.

Entah mengapa dari dulu saya tertarik dengan dunia fantasi. Jadi saya juga senang mengambar hal-hal yang berbau dunia fantasi, seperti kali ini, saya menggambar peri. Ya, benar itu seorang peri menurut imajinasi saya. Seorang peri muda wanita berambut kemerahan dengan empat sayap tipisnya. Dia tampak sedang duduk-duduk di bulan sambil bersedih dan menghitung bintang. Entah apa maksudnya. Ah mestinya peri tidak boleh bersedih, dia mesti gembira dan ceria. Baiklah lain kali saya gambar yang ceria saja.

Oh iya, saya juga sedang malas membuat cerita, jadi kali ini terserah imajinasi dan fantasi anda sekalian untuk menebak nerka apa gerangan yang terjadi dengan si peri ber-leging hijau garis-garis hitam itu. Hahaha, oh iya, namanya nymphoriaquelarqie, kalo tidak salah bulan depan dia berulang tahun ke 1125, masih cukup muda untuk usia peri.

Sabtu, 26 Desember 2009

They were Sister

ink on paper

Pagi berlari ceria mengejar rona-rona merah jingga dari semburat yang menerobos sela-sela cemara yang mulai menua. Satu dua langkah bergema dalam irama yang menghentak sukma. Dua pasang kaki terus berlari saling mengejar tak mau tertinggal. Sesaat berhenti, tersengal, menarik nafas panjang, melihat berkeliling. indah. indah dan hanya indah. lalau berlari lagi. Kedua pasang kaki itu. Tetap saling berkejaran riang ceria penuh canda. Tak beralas kaki, tapi tak mengapa. Rumput hijau menahan kaki-kaki mungil itu dari antukan batu dan duri yang menari-nari disepanjang jalan setapak itu. Terus berlari menuju kepuncak bukit itu, kaki-kaki itu seperti menari. Berpacu dan terus melaju.

Ah... puncak bukit sudah tampak dkat rupanya. Sebuah menara tua menjulang diatasnya. Hijau menghampar di sela-sela merah menyala yang menggoda. Dua pasang kaki terhenti seketika di depan papan bertulisakan "kebun stroberi menari". Sesaat. ya hanya sesaat kaki kaki itu berhenti berlari. Sekejap berikutnya kembali menari menuju kebun stroberi.

"Kakak, aku mau memetik 7 stroberi untukku sendiri..." Kata si asik pada kakaknya sembari terus berlari menari riang.
"Kenapa hanya 7 adik? Kakak juga mau... Adek bisa petik 7o atau 700 stroberi kalo adik mau.."
Ujar sang kakak pada adiknya.
"Ah.. tidak kakak... adik cuma mau 7 stroberi saja... Satu untuk ku makan disini, satu untuk kakak, satu untuk ayah, satu untuk ibu." Adik menjelaskan
"Itu baru empat..., lalu untuk siapa yang tiga lagi, dik? Kakak bertanya lagi..
"Satu untuk Tuan Menara, satu untuk nona mentari dan satu lagi untuk nyonya cemara.." jawab si adik tersenyum ceria.
Sang Kakak memandang adiknya lembut dan tersenyum mengerti.
"Ayo, Dik kita menari stroberi... " Ajak kakak
"Ayo.. Ayo.. Kak... ahahaha... tari stroberi... Ayo kak... " Adik mengiyakan penuh semangat...

Dan mereka menari dibawah bayang-bayang Tuan menara dan hangatnya sinar nona mentari yang mengintip manja dari sela-sela nyonya cemara....
Dan hari itupun sekali lagi indah...
Merona dan berbayang-bayang jingga.
Tersenyum dan menatap.
Hangat dan menentramkan jiwa.
Dan lantunan stroberi menari itupun bergema diseluruh lembah di bawah bukit itu.

====================================

Senin, 07 Desember 2009

[mee on art nouveau #1]

original artwork: pencil on paper

-----------------------------------------------------------------------------------------
Sudah sekian lama sejak terakhir kali menggambar wajah, akhirnya saya mencoba menggambar wajah lagi. Kali ini dengan sedikit stilisasi gaya dengan sentuhan art nouveau. Entah kenapa saya sedang ingin ber art nouveau ria. Mungkin sedikit terpengaruh teman yang beberapa waktu lalu membawakan sefolder karya artnouveau.

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya menggambar wajah si model ini. Ya, beberapa tahun lalu saya sempat menggambar wajahnya, tapi seingat saya hasilnya buruk sekali waktu itu. Hahaha, tapi tetap saja dengan pede saya hadiahkan. Dan kali ini sesuai janji, saya mencoba menggambar lagi, dan sepertinya hasilnya lebih memuaskan. Setidaknya menurut saya begitu. Dan hahaha, ternyata mbaknya tidak suka mawar.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

gadis berkacamata dalam buku gambar

Malam itu sangat panas. Tidak seperti biasanya memang. Udara terasa sangat gerah, apalagi di lantai dua kamarku yang pengap. Jendela sudah ku buka, baju juga sudah kubuka, tinggal bercelana pendek saja aku mencoba tidur. Tapi kok udara panas memaksa mata untuk tetap terbuka. Sial sekali, padahal sebenarnya aku ingin sekali tertidur pulas.

Tiba-tiba, sebentuk angin kencang berhembus melalui sela-sela jendela yang terbuka...
Wah.. ini dia, pikirku... Angin segar...
Angin itu berhembus dengan aneh, tampaknya seperti berputar-putar. Tiba-tiba buku gambar yang tergeletak di mejaku mulai membuka-buka sendiri tertiup angin. Kontan aku melonjak kaget. Setan..!! pikirku, tapi setelah diperhatikan ternyata memang karena angin yang aneh itu. Angin aneh yang berhawa sejuk itu tiba-tiba memaksaku untuk mendekati dan melihat buku gambarku itu. Buku yang biasa selalu kubawa kemana-mana, maklum belum penuh halamannya, jadi masih sering aku bawa-bawa jika sewaktu-waktu ingin menggambar.

Kembali angin itu berhembus kencang dan membuka buku gambarku. Tepat ketika aku berada dihadapannya, buku itu terbuka lebar. Aku cukup kaget sesaat saat melihat sebentuk gambar wajah di halaman buku itu. "Ahh, buku siapa ini, pasti terbawa.. " pikirku... Karena aku merasa bukan aku yang menggambar wajah itu. Tapi setelah kuteliti lagi, itu memang buku gambarku. Aku jadi makin penasaran.

Lagi-lagi angin aneh itu berhembus lagi. Kali ini memaksaku untuk membuka halaman asing tadi. Kuperhatikan baik-baik gambar di lembar itu. Ternyata seorang gadis berkacamata, dengan senyumnya dan pandangannya yang tajam. "Hmm.. siapa ya dia?" pikirku makin penasaran. "Cantik juga.." Aku kembali mengamati gambar gadis berkacamata di buku itu, kuperhatikan teknik menggambarnya, maklum aku juga senang menggambar. "Sepertinya sedikit terburu-buru menggambarnya", pikirku.

Tiba-tiba angin kembali menghantam wajahku dan sesaat kulihat mata di gambar itu berkedip. Kaget setengah mati aku langsung menjauh dari buku itu. Tapi rasa penasaran kembali muncul. Lalu kuberanikan lagi untuk memandang gambar di buku itu. Sekali lagi angin berhembus, dan kali ini dia tersenyum. Hampir copot jantungku, kaget setengah mati. Tapi tetap kuberanikan diri untuk terus mengamati gambar itu. Tiba-tiba gambar itu mulai tampak hidup dan bergerak-gerak... Daun-daun di gambar itu tiba-tiba bergoyang-goyang. Keringat dingin mulai mengucur, tapi aku tak sanggup untuk melempar buku itu dari tanganku. Semacam ada lemyang sangat kuat. Mendadak, angin aneh tadi kembali berhembus. Kali ini lebih kenceng dari sebelumnya. Dan makin kencang... Dan makin kencang. Sekarang angin itu terasa berputar-putar disekelilingku. "Oh, tidak.. apapula ini" pikirku dalam hati.

Tiba-tiba tubuhku terasa ringan sekali, dan setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata aku mulai terangkat dari lantai kamarku, dangan tanganku tetap memegang buku itu dengan erat. Perlahan-lahan angin yang berputar itu menggulung tubuhku dan aku merasa tubuhku seperti tersedot pelan-pelan. Ya... benar, tubuhku mulai tersedot kedalam buku gambar itu rupanya. Aku bisa melihatnya jelas di kaca di dinding kamarku. Tubuhku melayang dengan angin menggulung tak menentu dan pelan-pelan mulai menghilang ke dalam buku itu. Semacam dalam film fantasi saja. Lalu pandanganku kembali kuarahkan ke wajah dalam gambar tadi. Dia tersenyum lagi, dan tiba-tiba sebuah hentakan keras membuatku terjatuh entah dimana, tapi yang pasti aku merasa terjatuh ke suatu temapat didalam buku gambarku itu.
Ya, sekarang aku didalam buku gambarku.

menimba

original artwork: drawing pen, aquarell on paper
used for illustration on children magazine "PERCIK yunior"


Byuuuurrrr.....
Dan air dari ember timba itupun berpindah sudah ke ember penampungan yang lebih besar.
"Kak... kenapa kita masih menimba air seperti ini, Kak?" tanya Mimi pada kakaknya yang masih tetap sibuk dengan tali timbanya...
"Memang kenapa, Dek...? Kalo' mau minum atau mandi ya nimba air dulu lah..., biasa aja to?" Sang kakak menimpali dengan cuek...
"Di tempatnya Lek Parjo kok nggak perlu nimba, Kak? Tinggal puter keran saja sudah 'ngocor'' airnya..." Mimi tak mau kalah.
"Oh itu..., Lek Parjo sudah pasang 'SANYO' jadi ndak perlu nimba-nimba lagi kaya' kita... " sahut si kakak.
"Naah, maksudku ya itu..., kenapa kita gak pasang 'SANYO' juga... kan ga perlu susah-susah nimba kak..."sahut Mimi.

Parmin berhenti sejenak dari menimbanya. kemudian dia menatap wajah Mimi yang polos dengan senyuman yang lembut. Senyuman seorang kakak yang luar biasa, yang pasti akan menenangkan hati setiap adik dimana juga.
"Dek Mi, kalau cuma masalah pasang SANYO, sebenernya bapak itu masih mampu. Cuma yang jadi masalah, di desa kita kan listrik belum ada , Dek..., nggak kaya di rumah Lek Parjo di Kota..." Parmin menjelaskan pada adiknya.
"Ooohh..., jadi gitu ya, Kak.... Brarti mesti ada listrik dulu ya sebelum bisa pasang SANYO..." Mimi mencoba memahami penjelasan kakaknya.
"Lha, lalu kenapa di desa kita masih belum ada listrik juga, Kak?" tanya Mimi lagi..
Kali ini Parmin hanya terdiam, dan kembali tersenyum lembut pada adiknya sembari melanjutkan menimba air.
"Sudah sore, Mi.. lebih baik kau cepat-cepat mandi saja... keburu gelap.."

-----------------------------------------------------------------

Selasa, 01 Desember 2009

Sore di Pematang

drawing pen on paper, mix with photos

Sore sedang cerah-cerahnya...
Yanuar, Yuni dan Teteh memutuskan untuk pergi jalan-jalan sekedar menyusuri pematang sawah. "Wah, asiknya kita kesana naik sepeda saja, Teh..." kata Yuni...
"Ayooo, siaap..., tapi sepedane mung siji ki, piye?" Teteh menimpali...
"Wis ngene wae, Yun kowe nggonceng ngarep wae yo... cukup kuwi, kowe mburi Teh.." sambung Yanuar menengahi..
"Wah ya, raiso ngono Oom.., ra penak lungguhe.." Yuni masih tidak terima..
"Lha, daripada sing siji mlaku dewe rak ra seru to..., wis to manut wae... ngko aku sing nggenjot. Tak alon2 wis..."
"Wis to Yun, dicoba disik wae." Teteh coba menenangkan.

Akhirnya pergilah mereka bertiga naik sepeda malang itu. Dikayuhnya sepeda itu dengan penuh semangat. Ah sebuah perjalanan penuh canda yang menyenangkan. Mereka terjatuh sampai tiga kali, sebelum sampai di sawah yang mereka tuju. Tapi tidak sampai seperti Yesus.

Sore yang cerah dengan perjalanan yang indah dibawah canda tawa teman seiring.
Aah, sayang aku tak ikut.
Okelah tak mengapa, lain kali aku menyusul.

Selasa, 04 Agustus 2009

THE LOST FAIRY


pencil on paper
2009



Hutan itu memang cukup lebat untuk seorang manusia berada disana. Namun tidak untuk Phyranosue, peri muda nan jelita ini nampak asik bermain di rimbunnya pepohanan dan lebatnya hutan Mnyxiograbore yang terkenal angker itu. Mau bagaimana lagi, hutan itu memang sudah seperti kamar bermain utntukny yang peri hutan itu. Dia memang sedikit aneh, jarang sekali dia bermain bersama teman-teman sebayanya yang lain. Ia lebih suka menyendiri, berbicara dengan pohon besar sahabatnya, atau sekedar mengejar kunang-kunang hingga ke tepian hutan.

Itu pula yang ia lakukan senja itu. Serombonganm kunang-kunang muda yg enerjjik menarik perhatian Phyranosue dan memaksanya untuk terus mengejar mereka hingga ke tepian Mnyxiograbore. Ups, batas hutan itu merupakan areal yang berbahaya untuk kaumnya, para peri hutan. Ia selalu mendapat cerita dan nasehat dari para tetua di desanya supaya selalu menjauh dari tepi hutanm itu. Di luar hutan sangat berbahaya.... Banyak hal-hal yang diluar pengetahuan mereka, terutama par peri muda. Sudah sejak seribu tahun terakhir sukunya menjauh dari dunia luar dan masuk makin dalam ke hutan. Begitu banyak cerita seram yang beredar tentang keadaan di luar hutan. Bahwa disana sudah tak ada lagi pepohonan besar yang menyokong kehidupan mereka, apalagi pohon-pohon yang bisa dioajak berbicara dan berbagi cerita.

Membayangkan saja sudah ngeri... Namun entah mengapa malam ini berbeda. rasa penasaran itu terus menyeret Phyranosue untuk terus mengikuti rombongan kunang-kunang itu yang mulali melintasi batas hutan. Tiba-tiba Phyranosue tersadar dan tersentak kaget melihat di sekitarnya sudah tak ada lagi pepohonan yang mengelilingi... Rasa takut mulai menyebar... Dia mulai kebingungan. Di depannya membentang padang yang luas dengan cahaya gemerlapan di ujung sana... cahaya yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Cahaya itu seperti memanggil-manggil dirinya untuk datang menghampiri. Namun ia hanya terpaku ditempat, pucat dan bingung...

-----------------

Huehehe... lagi-lagi gambar iseng. Yup, selain superhero, dari dulu saya memang selalu tertarik dengan cerita-cerita fantasi. Saya sering membayangkan makhluk-makhluk dari dunia fantasi itu benar-benar nyata. Mulai dari peri, centaur, gryphon, mionotaur, unicorn, naga, faun, dan lain sebagainya... Itu pula yang membuat saya senang nonton film. Apalagi yang berbau fantasi, makin liar makin menarik saja... hahaha...

--------------------

everybody needs a hero... maybe....


pencil on paper
2008


Haha, memang dari dulu entah kenapa seneng banget sama cerita-cerita superhero, baik itu DC atau MARVEL... Bahkan bisa dibilang gara-gara sering ngeliat gambar2 keren itu, jadi makin seneng sama yang namanya corat coret... hehehe.... sebenernya ini juga bukan tokoh hero favorit si... batman, wonder woman, sama superman...
tapi kebetulan karakternya asik buat digambar... hehe... terutama seneng banget yang versinya bung ALEX ROS, keren euy artworknya... hahaha, kapan ya bisa ketemu mas alex ros... pengen merguru... hihihi....

untitled_1

pencil on paper
2009


just a little scratch in my spare time...
nothing special... just for fun, no big deal.. hahaha...

nasehat nenek...

pointilist, ink on paper
2005

Matahari mulai beranjak naik ketika Amir kecil turut menemani neneknya bekerja di tepi pantai itu. hangat mentari memang mulai terasa membakar kulit, namun amir kecil memilih tetap tak berbaju dan celana. Ia lebih suka bertelanjang saat dipantai. Kan mumpung masih kecil katanya, kelak kalau sudah gede pasti kena UU pornografi pula.

Pagi itu ia membantu neneknya yang sedang mencoba mendirikan kembali warung kecilnya yang kemnaren malam hancur dihantam badai. Ya memang sudah reot pula warungnya yang dulu, tapi cuma itulah satu-satunya sumber pendapatan si nenek yang sudah memasuki masa senjanya itu. Mestinya ia kini hanya tinggal bersantai di rumah menikmati masa tuanya, namun apa dikata, suaminya telah tiada, anak tunggalnya yang jadi harapannyapun telah pergi.

Enam bulan yang lalu, anak kesayangannya itu, ayah dari si Amir kecil pergi melaut seperti biasa di pagi yang indah. Ya dia seorang nelayan handal yang ulet. Namun apa mau dikata, alam memang mulai tak bersahabat. Ombak besar berhasil menggulung perahunya yang kecil dan menghempaskannya di tengah laut yang ganas. Dua hari kemudian jenazahnya ditemukan di tepi pantai.

Amir kecil hanya tahu bahwa ayahnya sekarang telah bahagia di seberang lautan sana dan dia bermimpi kelak untuk menyusul ayahnya ke seberang lautan sana meraih suka cita itu. Kini ia tinggal bersama nenek dan ibunya yang setiap hari berjualan di tepi pantai untuk menyambung hidup mereka.

Nenek selalu berpesan pada Amir, supaya Amir kecil pantang menyerah dan selalu belajar keras. Ia pasti mampu menaklukan lautan luas membentang yg setiap hari selalu ia pandangi itu. Kelak, ketika ia cukup dewasa, lautan itu miliknya...

requaem in pace

drawing pen on paper


Ketika semua mulai meninggalkan hal-hal baik dan hanya mementingkan dirinya sendiri, maka tak ada lagi yang tersisa selain kehampaan...
Sebuah gambar yg saya buat beberapa tahun yg lalu, sekitar taun 2006.

Jumat, 27 Februari 2009

under pressure

"dibawah tekanan "
pencil n drawing pen on paper


Suatu hari si Badu ingin bermain kelereng bersama teman-temannya, Budi, Agus dan Yanto. Tapi apa daya ternyata hari itu dia ada les matematika di rumah Pak Slamet pukul 15.00, tepat beberapa saat setelah ia menyelesaikan makan siangnya. "Ah, nanti sore selepas les matematika pastinya aku masih bisa ikut petak umpet bareng Harjo, Santi, Tini, dan Umar.",pikirnya.

16.30 les matematika usai, senyum tipis mengembang, tapi sang ibu tiba2 berkata "Badu jangan lupa, hari ini hari pertama kamu les piano, jangan kecewain mamah, ongkosnya mahal itu guru lesnya!" Senyum tipis itu pun memudar. Sampe di rumah guru les piano sudah menunggu. Bu Isabela namanya, masih muda dan tampak rupawan pula.

Usai bermain nada, Badu tertidur kelelahan, namun ditengah mimpinya ia mendengar suara berteriak kencang, "Badu! Jangan lupa kerjakan PR-PRmu! jangan sampai di setrap lagi gara-gara gak bikin PR! Ayo belajar, mau jadi apa kamu kalo sudah besar nanti?"
Badu tetap tak acuh, terbuai dalam mimpinya bermain loncat karet bersama Anton, Marwan, Saiful, Cindi, Kesya dan Sari.

Minggu, 08 Februari 2009

fake plastic trees:green but lonely

drawing pen on paper


Suatu malam pas baru 'nongkrong' di warung ayam kremesnya temenku, tiba-tiba saja inget lagu mautnya radiohead di album the bends, yang fake plastic trees. Ambil buku sket, siapkan pensil dan drawing pen, and then... voila! Jadilah gambar ini...

gadis kecil bertudung merah...

original artwork: pencil and drawing pen on paper


Teringat sebuah dongeng lama tentang gadis kecil bertudung merah yang tersesat dihutan.
Disini dia bertemu dengan seekor kelinci, dan berniat membawanya pulang... untuk di sate... hahaha... bercanda... tentu saja tidak. Dia bawa pulang kelinci itu untuk dibuat tongseng... hehehe... sudahlah.... terserah imaginasi anda mau diapakan si kelinci itu. Yang pasti bantu si gadis kecil ini temukan jalan pulangnya ya... hohoho... Hati- hati di jalan...