Senin, 07 Desember 2009

menimba

original artwork: drawing pen, aquarell on paper
used for illustration on children magazine "PERCIK yunior"


Byuuuurrrr.....
Dan air dari ember timba itupun berpindah sudah ke ember penampungan yang lebih besar.
"Kak... kenapa kita masih menimba air seperti ini, Kak?" tanya Mimi pada kakaknya yang masih tetap sibuk dengan tali timbanya...
"Memang kenapa, Dek...? Kalo' mau minum atau mandi ya nimba air dulu lah..., biasa aja to?" Sang kakak menimpali dengan cuek...
"Di tempatnya Lek Parjo kok nggak perlu nimba, Kak? Tinggal puter keran saja sudah 'ngocor'' airnya..." Mimi tak mau kalah.
"Oh itu..., Lek Parjo sudah pasang 'SANYO' jadi ndak perlu nimba-nimba lagi kaya' kita... " sahut si kakak.
"Naah, maksudku ya itu..., kenapa kita gak pasang 'SANYO' juga... kan ga perlu susah-susah nimba kak..."sahut Mimi.

Parmin berhenti sejenak dari menimbanya. kemudian dia menatap wajah Mimi yang polos dengan senyuman yang lembut. Senyuman seorang kakak yang luar biasa, yang pasti akan menenangkan hati setiap adik dimana juga.
"Dek Mi, kalau cuma masalah pasang SANYO, sebenernya bapak itu masih mampu. Cuma yang jadi masalah, di desa kita kan listrik belum ada , Dek..., nggak kaya di rumah Lek Parjo di Kota..." Parmin menjelaskan pada adiknya.
"Ooohh..., jadi gitu ya, Kak.... Brarti mesti ada listrik dulu ya sebelum bisa pasang SANYO..." Mimi mencoba memahami penjelasan kakaknya.
"Lha, lalu kenapa di desa kita masih belum ada listrik juga, Kak?" tanya Mimi lagi..
Kali ini Parmin hanya terdiam, dan kembali tersenyum lembut pada adiknya sembari melanjutkan menimba air.
"Sudah sore, Mi.. lebih baik kau cepat-cepat mandi saja... keburu gelap.."

-----------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar