Jumat, 15 Juli 2011

the jalan-jalan ke pantai glagah

 Hari Minggu, 10 Juli 2011. Ya, benar, hari itu setelah gagal bangun pagi buat ke gereja, akhirnya saya memutuskan buat cuci baju saja. Sebuah keputusan bijak, menilik persediaan baju besrih sudah menipis dan kamar saya yang makin bau dijejali tumpukan pakaian kotor di pojok ruangan tepat dibelakang pintu kamar.
Maka jadilah saya mencuci baju pagi itu, tapi itu menjadi tidak penting diceritakan secara detil mengingat apa yang akan saya lakukan kemudian.

Pukul 11.00, kalo tidak salah, ya sekitar itulah, saya berhasil menaklukan tumpukan cucian tersebut, dan sarapan adalah pilihan ciamik yang saya lakukan selanjutnya. Sembari makan pagi yang kesiangan itu, teringatlah saya akan sebuah iklan di koran lokal jogja yang menyebutkan bahwasannya hari itu dan hari sebelumnya ada sebentuk festival layang-layang kelas nasional yang digelar di pantai glagah, kulonprogo.
Buru-buru saya habiskan makan, kemudian segeralah saya meng- sms beberapa gelintir teman yang sekiranya layak dan pantas serta berpotensi untuk diajak turut serta menuju acara penuh pesona tersebut.

Namun apalah daya, nasib berkata lain, dari sekian sms yang terkirim, tiadalah yang memberi kesanggupan untuk turut serta. Tapi tekad saya telah bulat untuk pergi ke acara itu. Bagaimana tidak, cuaca sedang oke-okenya, agenda lain tidak ada *maklum 4 minggu sebelumnya selalu full kondangan manten*, dan suasana hati sedang meraung-raung mengajak untuk melihat ombak. Dan dengan senyum ceria yang sedikit dibuat-buat dan tawa yang mengada-ada, meluncurlah saya pada kisaran pukul 12.45 an begitu. Dengan diringi lagu-lagu melankolis dari playlist di mp4 player saya yang setia, melajulah revo merah itu dengan kecepatan biasa saja menembus lalu lintas kota menuju ke arah pantai glagah.

Adalah sebuah problema, bahwasanya saya belum pernah kesana sebelumnya, dan tidak tau jalannya. Maka berbekal pengetahuan minim berupa "ancer-ancer" singkat "lewat prapatan palbapang, ke barat terus...", nekatlah saya melanjutkan perjalanan santai itu. Papan-papan penunjuk arah mulai menjadi perhatian utama saya di sepanjang jalan demi tidak kesasar sampai tujuan. Tentu saja pemandangan indah sepanjang perjalanan di hari cerah itu tiadalah saya lewatkan. Tiada hentinya saya bersorak sendiri sembari bernyanyi-nyanyi mengikuti irama mp3 saya. Dan mulailah saya meracau sendiri ditengah jalan, begitulah kebiasaan jika pergi sendirian... -_-' . Setelah bemenit-menit berlalu *saya lupa berapa lama di jalan* tibalah akhirnya saya di pantai tujuan...

Diawali dengan membayar Rp. 4000 di pintu retribusi dengan rincian 3000 untuk ongkos orangnya, dan 1000 untuk motornya. Selepas pintu retribusi, kita  akan menyusuri muara sungai yang tampak elok dan sudah tertata. Ada beberapa perahu yang disewakan juga disana. Di salah satu sisinya ada dataran yang bisa di pake untuk duduk2 santai dibawah pohon, sembari bercanda tawa dengan kekasih, teman, tetangga, atau pak guru.
Suasana yang cukup menawan itu sempat saya abadikan dengan kamera saku saya, dan gambarnya bisa dinikmati dibawah ini...
muara menuju pantai glagah


Akhirnya tibalah juga saya di lokasi wisata pantai glagah, kulon progo itu. Waw, berhubung itu adalah hari minggu, yang mana hari libur internasional, pantas saja kalo pantai itu begitu ramainya dikunjungi wisatawan. Terlebih lagi dengan adanya festival  layang-layang nasional. Oh iya di postingan ini saya belum akan membahas layang-layang, itu akan ada pada posting selanjutnya, ;p

Setelah berhasil mendapatkan tempat parkir, yang ternyata mesti bayar lagi Rp. 2000,- saya bergerak menuju kearah bibir pantai. Woow, ternyata komplek pantai glagah ini luas juga... dan yang menarik disini dibangun beton-beton pemecah ombak yang cukup menjorok ke laut.
Satu lagi yang khas dari pantai ini, yaitu adanya laguna yang jujur saja belum pernah saya jumpai di pantai sebelumnya yang saya kunjungi. Di laguna ini, dimanfaatkan untuk menyewakan sampan-sampan yang bisa dinaiki satu rombongan. Mereka bisa bersampan hingga ke tengah laguna. Sayang saya tidak sempat menanyakan berapa ongkos naik sampan itu. Di salah satu sudut laguna ada juga yang memanfaatkan sebagai lahan semacam kolam renang untuk anak. Jadi disediakan ban dan sejenisnya serta pada jarak tertentu di beri batas menggunakan semacam jaring. Ini memang sengaja dibuat untuk menarik anak2 kecil yang ingin berenang atau sekedar bermain air namun mungkin khawatir jika di bibir pantai. Di sisi kiri saya ada semacam tebing buatan atau lebih tepat seperti fondasi besar yang membentang cukup panjang. Diatasnya tampak beberapa anak dengan bapaknya asik bermain layang-layang. Ya, sore itu memang cukup cerah meskipun angin tidak terlalu kencang untuk bermain layang-layang. Lihat saja langitnya yang biru bersih pada foto yang saya ambil di bawah ini...
anak-anak asik bermain layang-layang




Dan begitulah, saya mulai berjalan berkeliling dari satu ujung ke ujung lain. Beton beton berbentuk aneh yang lumayan besar-besar ditata berjajar  hingga cukup jauh ke tengah laut. Di bagian tengahnya ada jalan yang bisa kita lalui, sehinnga kita bisa memandang deburan ombak yang menghempas beton-beton itu. Di tepiannya yang membentuk semacam teluk, banyak dimanfaatkan  untuk mandi-mandi atau sekedar bermain air. Disitu relatif cukup aman karena ombak sudah terpecah saat sampai ke bibir pantai.
barisan beton berbentuk aneh yang menjadi pemecah ombak di sepanjang pantai glagah
Dan siang itu saya habiskan dengan duduk memandang ombak di pinggir pantai. Sembari mengamati serombongan myuda-mudi yang awalnya malu-malu namun akhirnya semua terjun juga berbasah-basah ria di air. Tidak seperti biasanya, kali ini saya memilih hanya duduk di pinggir saja. Mungkin karena sendirian, jadi apa asiknya bermain air. Sambil sesekali melipat origami bangau, saya menghabiskan sekitar 1 jam di pinggir pantai itu. Sebelum akhirnya pergi menonton layang-layang di bagian lain pantai. Seperti saya katakan tadi, posting tentang layang-layang akan ada di posting selanjutnya... :)

bersampan di laguna pada sore yang oke
 Yuup.. sore menjelang dan tiba-tiba sudah setengah lima. saya putuskan untuk pulang saja. Maksudnya supaya bisa tiba di jogja sebelum gelap. Akhirnya saya kembali memacu motor saya menyusur jalan raya daendels, menuju arah yogyakarta, lewat bantul.
Dan cerita akan berlanjut pada postingan selanjutnya... sampai jumpa... capek saya... sudah jam 2 pagi ternyata...*-*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar